iniSURABAYA.com – Eri Cahyadi, Wali Kota Surabaya menegaskan, Pemkot Surabaya memiliki skala prioritas dalam memberikan intervensi bantuan kepada warganya. Intervensi itu akan diprioritaskan bagi warga asli atau yang sudah lama menjadi penduduk Surabaya.
“Surabaya ini primadona. Tetapi saya akan mempertahankan Surabaya agar tidak semuanya pindah Surabaya untuk mendapatkan fasilitas dari Pemkot Surabaya. Apapun yang diberitakan silakan, tapi saya berdiri untuk orang Surabaya. Saya berdiri untuk membahagiakan orang Surabaya dulu, baru orang yang luar Surabaya,” tegasnya.
Orang nomor satu di Kota Pahlawan ini lalu menunjuk Cyntya Afrianti sebagai contoh. Gadis berusia 17 tahun ini merupakan satu di antara potret warga dari luar daerah yang baru menjadi penduduk Kota Surabaya. Remaja kelahiran tahun 2006 ini, awalnya diajak orang tuanya untuk mencari kehidupan lebih baik dengan tinggal indekos di Kota Pahlawan.
Eri Cahyadi menyebut, sebelumnya pada Maret 2023, Cyntya sempat diviralkan oleh sebuah komunitas melalui media sosial. Namun cara memviralkannya ini dilakukan dengan si anak diminta berjalan merangkak di pinggir jalan raya sembari berjualan peyek yang dikalungkan di leher.
“Surabaya sudah tenang, tiba-tiba ada komunitas yang meminta anak ini untuk berjalan, diberikan kalungan (peyek) itu agar dia diberikan donasi. (Seharusnya) tidak seperti itu,” tandasnya.
Menurut pria yang akrab disapa Cak Eri ini, banyak cara lebih etis yang bisa dilakukan komunitas untuk menggalang donasi bantuan. Dan bukan dengan memviralkan seseorang yang dianggapnya kurang baik seperti diminta berjalan merangkak di pinggir jalan raya.
“Berarti apa? Satu ingin menjelekkan Surabaya yang tenang. Akhirnya setelah diviralkan bulan Maret itu, anak ini kasihan, seperti dieksploitasi. Berarti apa? Tidak jelas komunitas ini. Kalau cari donasi tidak seperti itu di Surabaya. Banyak orang kaya yang memberikan bantuan di Surabaya, banyak yayasan, orang baik-baik di Surabaya,” cetusnya.
Cak Eri juga menyoroti orang tua Cyntya yang ingin memasukkan putrinya itu ke SMA Negeri Surabaya. Namun karena administrasi kependudukan masih luar daerah, kemudian Cyntya dititipkan masuk KK budenya di alamat Kendangsari Surabaya pada Agustus tahun 2022.
“Anak ini tidak bisa masuk sekolah negeri. Karena apa? KTPnya luar Surabaya, akhirnya masuklah ‘nunut’ (KK) budenya. Kira-kira kalau ini tahu orang Surabaya ‘nunut’ sebelum setahun masuk ke sekolah negeri bisa diterima, hancur tidak perasaan orang Surabaya? Ya hancur. Saya sebagai Wali Kota Surabaya akan mendahulukan orang Surabaya,” paparnya.
Bahkan, kata dia, setelah Cyntya masuk KK budenya, orang tuanya yakni Sumiyati (47), juga ingin mengikuti jejak anaknya. Sehingga pada Juni 2023, Sumiyati bersama suami dan adik Cyntya menjadi penduduk Surabaya dengan cara menumpang alamat KK saudara.
“Orang tuanya (suami Sumiyati) sakit, daripada berobat ke tempat daerah asalnya, akhirnya pakai alamat lain masuk ke (KK) Surabaya. Belum setahun, baru Juni 2023 kemarin, tapi diviralkan (disebut) orang Surabaya,” ungkap Cak Eri.
Mantan Kepala Bappeko Surabaya ini menambahkan,”Jadi kalau ada kabar (viral) begitu silakan. Saya bertanggung jawab terhadap orang Surabaya dulu. Anggaran pemkot saya gunakan untuk orang Surabaya dulu,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Cak Eri meminta masyarakat atau media untuk mengecek kebenaran informasi terkait keberadaan Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS). Apakah PPKS itu merupakan warga asli Surabaya atau baru menjadi penduduk Kota Pahlawan.
“Sehingga yang viral begitu dilihat, ternyata setelah dicek kan tahu kita, KTPnya bukan Surabaya dan masuknya (KK Surabaya) masih baru. Jadi jangan dilihat viralnya,” pesan Cak Eri.
Intervensi Pemkot Surabaya
Secara terpisah, Wawan Windarto, Camat Tenggilis Mejoyo mengatakan bahwa Pemkot Surabaya sudah memberikan sejumlah intervensi kepada Cyntya dan keluarga. Di antaranya berupa bantuan untuk menebus ijazah SMP.
“Bantuan tebus ijazah SMP Cyntya diajukan ke Baznas Surabaya November 2022. Saat itu KK (Cyntya) masih ikut budenya di Kendangsari gang 14 Surabaya,” katanya.
Senada dengan Eri Cahyadi, Wawan memastikan bahwa Cyntya dan keluarga belum genap setahun menjadi warga Kota Pahlawan. Namun, Pemkot tetap mengupayakan agar bisa memberikan bantuan berupa kursi roda dan BPJS Kesehatan.
Selain itu, Pemkot Surabaya melalui Lurah Kendangsari pernah menawarkan kepada Sumiyati untuk ikut bekerja padat karya hingga memberikan modal usaha berjualan dan disediakan rombong. “Pernah ditawari, tapi tidak mau,” ucapnya. wid