Nathasya menghadapi berbagai tantangan, seperti penyesuaian waktu antara tim mahasiswa dan peserta program, serta partisipasi yang fluktuatif dari ibu-ibu peserta.
Melalui komunikasi intensif dengan tokoh masyarakat, seperti Kepala Desa Glagaharum, dan penjadwalan rapat yang efektif, Nathasya berhasil menciptakan kolaborasi yang solid.
Sebelum program, Desa Glagaharum menghadapi kesulitan ekonomi akibat hilangnya pekerjaan utama warga sebagai petani. Kini, para ibu rumah tangga di desa memiliki peningkatan pengetahuan entrepreneurship, kemampuan desain, dan teknik menjahit pakaian yang profesional.
Selain peningkatan pengetahuan ibu rumah tangga berhasil meningkatkan pendapatan keluarga menjadi pengusaha mandiri, membuka lapangan kerja baru, dan menghasilkan produk unggulan berupa gamis dan hijab khas Glagaharum.
“Program ini bukan hanya tentang pemberdayaan, tetapi juga tentang menciptakan perubahan berkelanjutan melalui inovasi dan kolaborasi,” ujar Nathasya.
Nathasya berharap pencapaian ini suntikan semangat agar semakin berkontribusi bagi masyarakat. “Program Kampung Jahit Arumpreneur menegaskan peran penting pendidikan tinggi dalam mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan,” tegasnya.
Nathasya ingin lebih banyak lagi insan pendidikan tinggi yang ikut ambil bagian dalam menciptakan perubahan berkelanjutan di masyarakat. wid