Lilik Dwipu: Main Ludruk Bikin Otak Cerdas dan Fresh

Lilik Dwipu

iniSURABAYA – Pentas seni ludruk Irama Budaya Sinar Nusantara yang berlangsung selama tiga hari (Jumat-Minggu, 17-19/8/2018) di Taman Mini Indonesia Indah dan berlanjut di Gedung Graha Bakti Budaya Taman Ismail Marzuki, Jakarta, tak lepas dari peran salah satu pelakon wanitanya, Lilik Dwipu.

Sejak terjun di panggung ludruk sekitar dua tahun silam, Lilik mengaku tak bisa lepas dari seni tradisional ini. “Ludruk membuat saya bahagia. Improvisasi di dalamnya membuat otak ini seperti di-refresh,” ujarnya kepada iniSurabaya.com.

Perempuan kelahiran Surabaya, 5 Juli 1978 ini menambahkan,”Berlakon di ludruk membuat otak cerdas karena kita harus cepat tik-tok improvisasi dialog dengan lawan main.”

Untuk bisa melakukan hal itu, lanjut Lilik, pemain ludruk dituntut menggali informasi sebanyak mungkin, khususnya terkait tema yang sedang disajikan. “Sehingga saat di depan penonton, kita terlihat nyaman dengan peran kita, dan tidak membodohi mereka dengan info yang salah,” imbuhnya.

Lilik Dwipu (dua dari kiri) bersama Hengky Kusuma (kiri), Ayu Rai (tengah), Nurafia Budiarti, dan Meimura (kanan).

Seni ludruk sama sekali tak asing bagi Lilik. Sedari kecil, dia sudah sering mendengarkan ludruk dari radio di rumahnya. “Saya bahkan sering mendengarkan cerita ludruk ini sampai tertidur. Saya merasakan kenikmatan tersendiri, dan bahkan bisa tertawa lepas saat mendengarkan cerita ludruk di radio itu,” ungkap Lilik yang menggeluti seni teater sejak di bangku SMP kelas 2.

Awalnya, Lilik mengaku sangat tidak mudah berada di panggung ludruk yang lebih banyak menggunakan bahasa Suroboyoan. “Saya dari tahun 2001 sampai 2017 tinggal di Jakarta untuk kuliah film di IKJ, kemudian lanjut kerja, dan berumah tangga. Jadi menggunakan bahasa Suroboyoan, apalagi dialog yang kasar sempat kaku,” paparnya.

Tetapi, Lilik berusaha keras untuk belajar dan mengatasi kekurangannya tersebut. “Saya mulai membiasakan diri kembali berkomunikasi menggunakan logat Suroboyoan, ya meski kadang diseling bahasa Indonesia untuk memperlancar dialog,” urainya.

Sarjana Seni Fakultas Film & Televisi Institut Kesenian Jakarta yang mengambil pendidikan mayor Penyutradaraan Film Dokumenter ini menyatakan bersyukur teman-temannya di panggung ludruk ini banyak membantuk upayanya berkomunikasi dengan logat Suroboyoan. “Saya banyak mendapat dukungan dari Cak Hengky Kusuma, Pakde Puryadi dan para pemain ludruk lainnya,” kata Lilik. dit

Pos terkait