Nikmati Serunya Shinta, Bimo, Gatutkaca, Nakula, dan Sadewa Melenggang di Panggung Surabaya Fashion Week

0
730
Busana wastra tetap menghiasi panggung Surabaya Fashion Week pada Sabtu (6/11/2021) malam.

iniSURABAYA.com – Seorang desainer dituntut punya ciri khas sehingga masyarakat mudah mengenali karya-karyanya. Bertolak dari kecenderungan itulah Dadang Kusdarto menghadirkan busana yang menampilkan tokoh-tokoh pewayangan.

Desainer asal Yogyakarta ini mengaku menghadirkan tokoh wayang pada busana-busana dari bahan batik tulis yang dipadu lurik premium. Tokoh wayang yang menghiasi karya Dadang beragam sesuai permintaan pelanggan.

“Kalau pelanggan wanita biasanya suka gambar Srikandi. Jika pelanggan couple biasanya pesan motif Rama Shinta. Dan bapak pejabat gemar pada tokoh Kresna yang identik dengan sosok yang bijaksana,” tegas Dadang kepada iniSurabaya.com.

Ditemui sesaat sebelum memamerkan karya di panggung Surabaya Fashion Week Sabtu (6/11/2021), Dadang menyatakan malam itu dia bersama desainer Yogyakarta lainnya membawakan 15 koleksi yang diperagakan model di runway.

Dadang sendiri secara khusus menyajikan busana dengan motif Shinta, Bimo, Gatutkoco, Nakula, dan Sadewa. “Warnanya terakota dengan bahan batik tulis dari Yogyakarta,” papar Dadang yang karyanya juga banyak digunakan penyanyi Didi Kempot semasa hidupnya.

Pada kesempatan yang sama desainer Yayuk E Agustin Wahyuni menghadirkan busana yang pembuatannya menggunakan bahan pewarna alami. “Saya sengaja bikin busana ecoprint agar lebih dikenal anak muda. Sebab, selama ini batik ecoprint identik dengan baju orang tua. Padahal baju ini juga menarik dipakai anak muda,” paparnya.

Yayuk lalu memaparkan proses pembuatan baju ecoprint-nya. “Prosesnya sama seperti membuat batik. Karena mengandung lemak, kain harus direndam dulu supaya lemak hilang,” tutur penulis buku ‘Keinginan Jadi Kenyataan’ ini.  

Kemudian diberi tawas untuk membuka pori-pori pada kain. Baru kemudian menempelkan daun pada permukaan kain. “Agar menimbulkan motif bagus, daun digunting dulu baru ditempelkan. Seperti daun matoa ini, atau bisa juga pakai daun jati, daun pisang. Semua bisa dipakai tergantung kreativitas,” urainya.

Untuk menghasilkan warna merah, kata Yayuk, bisa memakai secang. “Daun berambang (bawang merah) pun bisa dipakai,” ujarnya.

Yayuk menyatakan, untuk warna biru dihasilkan dari indigo, warna abu-abu dari pohon manggis. “Proses pewarnaan ini berlangsung selama seminggu,” imbuhnya.

Sedang desainer Dameria Triana Ambuaru memamerkan rancangan dari bahan tenun yang dipadukan dengan lurik. “Selama ini baju-baju berbahan tenun kesannya berat. Karena itu saya kombinasikan dengan lurik sehingga kesan beratnya hilang,” tuturnya.

Meski merancang baju ready to wear, Dameria menekankan tidak membuat custom banyak agar tetap eksklusif bagi penggunanya. “Biasanya satu model, satu ukuran, satu warna. Bisa saja model sama, tetapi bahannya berbeda,” tegasnya.   

Busana rancangan Dameria yang menggunakan tenun khas Sumba dipadu lurik Yogya ini pun bisa dipadupadankan dengan motif lainnya agar bisa dipakai di segala suasana.

Pergelaran busana para desainer di panggung Surabaya Fashion Week malam itu menyajikan karya 10 desainer yang semuanya menggunakan bahan dasar kain wastra (warisan nusantara) yang dikombinasi dengan motif-motif modern sehingga bisa menarik dipakai untuk segala usia.  

Panggung Surabaya Fashion Week 2021 malam itu juga menampilkan busana-busana karya desainer lain. Diantaranya rancangan Aldi Khalid, Saka Made Boutique, dan Fiky Aisya. ap

Comments are closed.