
Musisi Ensemble Multilaterale (EM) memukau penonton yang hadir di konser musik kontemporer di Grand Ballroom Sheraton, Surabaya, Jumat (19/5).

Musisi Ensemble Multilaterale (EM) memukau penonton yang hadir di konser musik kontemporer di Grand Ballroom Sheraton, Surabaya, Jumat (19/5).
iniSURABAYA – Musisi Ensemble Multilaterale membuat penikmat musik Surabaya yang hadir di Grand Ballroom Sheraton Surabaya, Jumat (19/5) malam terhenyak tak bergerak di tempat duduk masing-masing.
Leo Warynski yang bertindak sebagai dirigen pun berhasil menyajikan harmonisasi musik yang dimainkan Matteo Cesari (flute), Bogdan Sydorenko (klarinet), Lise Baudouin (piano), Alexandra Greffin-Klein (violin), Dominica Eyckmans (viola), dan Pablo Tognan (selo).
Sebanyak tujuh komposisi yang dihadirkan personel Ensemble Multilaterale sangat memukau dan memancing aplaus penonton.
Aksi Ensemble Multilaterale diawali lewat komposisi Francesco Filidei berjudul Funerall dell’anarchico Serantini (2006).
Konser musik kontemporer malam itu terasa kian spesial ketika personel Ensemble Multilaterale juga menghadirkan dua karya musisi mendiang Slamet Abdul Sjukur, Svara (1996), dan The Source, Where the Sound Returns (1999).
“Ini wujud apresiasi pada Slamet Abdul Sjukur sebagai tokoh Pertemuan Musik yang banyak berperan dalam mengedukasi masyarakat terhadap musik-musik kontemporer,” kata Pramenda Krishna A, Penanggungjawab Budaya & Komunikasi Institut Francais Indonesia (IFI) Surabaya.
Semangat Pertemuan Musik dianggap sama dengan Ensemble Multilaterale yang selama ini getol membawakan komposisi bernuansa kontemporer.
“Kami bangga dengan masyarakat Surabaya yang begitu menghargai beragam genre musik, khususnya kontemporer,” tegas Leo Warynski, Direktur Musikal Ensemble Multilaterale.
Untuk memotivasi para musisi muda Indonesia terhadap musik kontemporer ini pula Ensemble Multilaterale sengaja memilih karya terbaik yang disaring lewat lomba Komposisi Musik Kontemporer dan mereka bawakan secara khusus lewat konser di sejumlah kota di Indonesia.
“Satu saat kami bakal menghadirkan karya musisi Indonesia ini di hadapan public Prancis agar masyarakat di sana makin mengenal musik Indonesia,” imbuhnya.
Leo Warynski tak menepis, sebagai negara yang dikenal tempat tumbuhnya musik kontemporer, ternyata warga Prancis sangat terkotak-kotak dalam mengapresiasi genre musik.
“Itu sangat berbeda dengan masyarakat Indonesia, yang merespons apa pun musik yang hadir tanpa pikiran buruk,” tandasnya. –sum