iniSURABAYA – Mengumbar curahan hati di media sosial (medsos) tak selamanya buruk. Terbukti sembilan warganet ini justru dikenal luas gara-gara kebiasaan mereka membeber celetukan ‘sampah’ sehingga mereka dapat julukan spammers.
Karena curhat di jejaring Instagram itu pula, mereka malah dibanjiri follower. Buntutnya banyak produk nitip dijadikan bahan ‘celetukan sampah’ di akun Instagram para spammer ini.
“Nulis diary (buku harian) sekarang nggak perlu di kertas. Bisa di medsos. Dan ternyata malah banyak yang respons,” begitu ungkap Bunga, Sabtu (12/5/2018).
Saat hadir di acara Meet & Greet Creamii Candy and 9 Spammers yang digelar di Atrium Ciputra World Mall Surabaya, pemilik akun @kakaboo.kollection ini menambahkan, meski banyak hal menyenangkan dia peroleh sebagai spammer, tetapi ada pula saat-saat yang tidak menyenangkan.
“Pas baca komen yang nggak enak dari penggemar itu bikin diri jadi nggak nyaman juga,” ungkapnya.
Sementara Clarice yang pemilik akun Instagram @claricecutie mengaku menikmati aktivitasnya sebagai spammer. “Banyak suka daripada dukanya. Antara lain bisa ke Surabaya ini,” ujar gadis yang juga presenter di sebuah stasiun televisi nasional ini.
Menurut para spammer, banyak hal bisa jadi bahan postingan di medsos, mulai dari kegiatan sehari-hari sampai aktivitas sekolah. “Dengan sharing kehidupan itu bawa manfaat buat diri, setidaknya buat hilangkan stress. Makin senang jika dapat respons, bahkan support motivasi dari followers,” tutur Cleyvia pemilik akun @ewrempong.
Dari ke-sembilan spammers tersebut yang paling dewasa adalah Hilda yang menggunakan nama anaknya, Keiko untuk nama akun Instagramnya, @keikospams. “Awalnya buat isi waktu luang, karena waktu itu saya masih kerja,” kata wanita yang menjadi spammer sejak Juni 2017 ini.
Karena melihat potensi pendapatan dari pengiklan produk yang menggiurkan, Hilda pun rela berhenti dari pekerjaan, dan memilih fokus jadi spammer. “Saya spam kalau Keiko sudah tidur,” ujarnya.
Hilda makin antusias jadi spammer ketika mendapat respons positif dari instagramer lainnya. “Aku nggak ngira meski sudah emak-emak tetap dapat dukungan dan dapat follower banyak juga,” ungkapnya.
Yang paling menyenangkan, lanjut Hilda, aktivitasnya sebagai spammer ini ternyata menginspirasi wanita seusianya untuk aktif di medsos pula. “Saya dapat cerita dari mereka yang emak-emak juga, awalnya malu-malu nyepam. Tapi begitu tahu aku getol nyepam, mereka jadi makin berani,” imbuhnya.
Meet & greet dengan para spammer ini merupakan pertama kalinya diselenggarakan di Indonesia. “Lewat kegiatan ini kami mau infokan ke masyarakat bahwa aktivitas di medsos tak selalu buruk. Tapi, memang perlu bimbingan orangtua untuk mengarahkan anaknya dalam memanfaatkan gawai agar benar-benar bisa bermanfaat positif,” tegas Clement Christanto, penyelenggara Meet & Greet Creamii Candy and 9 Spammers.
Menurut pria yang akrab disapa John ini, melalui acara tersebut pihaknya ingin membuka wawasan masyarakat agar kreatif dalam menggunakan medsos. “Pakai medsos ini kan juga bisa bersosialisasi dan akrab dengan banyak orang, bahkan mereka yang tinggalnya jauh,” tandasnya. dit