iniSURABAYA – Puluhan mahasiswa kedokteran dari seluruh perguruan tinggi se-Surabaya menggelar aksi solidaritas, menanggapi tindakan teror bom di Surabaya beberapa waktu lalu. Kegiatan bertajuk ‘Bersatu Dalam Doa, Kuat Dalam Kebersamaan’ itu dipusatkan di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair), Jumat (18/5/2018) malam.
Kegiatan bertajuk ‘Bersatu Dalam Doa, Kuat Dalam Kebersamaan’ ini tidak hanya mengundang BEM FK se-Surabaya, tetapi berbagai elemen, seperti organisasi mahasiswa internal dan eksternal FK UNAIR seperti CIMSA dan AMSA serta beberapa Tim Bantuan Medis dari FK se-Surabaya juga diundang.
Tidak luput di dalamnya adalah sie-sie kerohanian. Kegiatan yang dicanangkan BEM KM FK Unair ini merupakan bentuk aksi nyata sebagai respons terhadap tragedi pengeboman yang terjadi di Surabaya pada Minggu (13/5/2018).
Sekitar tujuh institusi FK se-Surabaya memenuhi Ruang Kuliah Anatomi, tempat berlangsungnya diskusi. Beberapa perwakilan dari Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI) turut hadir.
Acara yang dilakukan pukul 18.30 itu diawali dengan salat Isya dan tarawih bersama. Sekitar pukul 20.00, acara dilanjutkan diskusi terbuka. Diskusi yang menghadirkan narasumber Ustad Misbahul Huda MBA ini berhasil membuat peserta larut dalam ceramahnya.
Mengangkat topik seputar terorisme, Misbahul Huda menyampaikan bahwa teror yang terjadi bukanlah atas nama agama. “Mereka itu tidak mati syahid, tapi mati sangit (hangus),” ujar Misbahul.
Setelah diskusi berlangsung sekitar satu jam, pukul 21.30 seluruh peserta dan panitia menuju ke patung Unair untuk melanjutkan agenda, yakni aksi solidaritas. Ketua BEM FK UNAIR, Prima Ardiansah, dan beberapa perwakilan BEM FK se-Surabaya, secara bergantian membacakan poin-poin pernyataan sikap, yang kemudian diikuti seluruh yang hadir.
Terdapat lima poin sikap yang disampaikan, yakni:
1) Mengecam semua bentuk terorisme di Indonesia
2) Mendukung serta membantu pemerintah secara penuh untuk mewujudkan toleransi umat beragama dalam memberantas terorisme di Indonesia
3) Mengajak seluruh WNI untuk selalu tanggap dan hati-hati terhadap pihak-pihak yang berupaya memecah belah bangsa
4) Membantu mewujudkan pribadi mahasiswa yang menentang dan menolak secara keras paham radikalisme dalam lingkungan universitas, serta
5) Mengajak seluruh masyarakat untuk tidak mengakitkan segala tindakan terorisme tersebut dengan suatu suku/ras/agama manapun.
Acara dilanjutkan penandatanganan petisi oleh seluruh yang hadir dan terakhir, ditutup foto bersama. “Sangat apresiatif,” begitu komentar Aji, perwakilan Student Union (BEM) Universitas Ciputra, saat dimintai pendapat tentang aksi solidaritas tersebut.
Aji juga berpesan bagi seluruh masyarakat Indonesia, khususnya yang di Surabaya, agar tidak melupakan identitas diri. “Tunjukkanlah Surabaya sebagai pelopornya, pionirnya di Indonesia terhadap terorisme dan radikalisme,” ujarnya penuh semangat. sum