iniSURABAYA – Sebagai e-commerce, Love and Flair khusus memajang produk fashion lokal. Terbukti sejak berdiri empat tahun silam, pasar produk lokal ini makin membesar.
Baik Emily Jaury maupun Dewi Purwati, pendiri Love and Flair, konsumen produk fashion sekarang memang tak lagi ‘brand minded’. “Dulu memang orang maunya internasional brand. Sekarang mereka mau pakai yang semua orang pakai, meskipun bukan produk luar (negeri),” tegas Emily.
Menurut wanita asal Jakarta ini, yang penting bagi konsumen adalah busana yang dipakai tidak banyak dipakai orang. “Mereka sekarang suka yang beda dari yang lain, yang nggak mass market. Soal produk lokal, sekarang nggak lagi masalah buat mereka. Sebab kualitas produk lokal juga tidak kalah kok dengan yang impor,” imbuhnya.
Sejak hadir bulan September 2014, yang sudah gabung di Love and Flair ada sekitar 60-an brand. Harganya pun sangat terjangkau. Untuk produk kecantikan misalnya berkisar antara Rp 89.000 hingga Rp 300.000, sedang baju wanita harganya mulai Rp 200.000 sampai Rp 2 juta.
Untuk menjaga kepercayaan konsumen, Emily menandaskan tidak mudah untuk gabung di Love and Flair. Pihaknya melakukan seleksi ketat untuk setiap produk yang ingin dipajang di e-commerce ini.
Terus meningkatnya permintaan pasar inilah yang kemudian membuat Love and Flair memberanikan diri menggelar pop up market. Dan yang pertama kali dilakukan adalah memajang dagangan di Plaza Indonesia Mall, Jakarta.
Respons pasar yang positif inilah yang kemudian ditindaklanjuti dengan hadirnya toko offline di tempat yang sama, Plaza Indonesia Mall. “Pertama kali bikin pop up selama dua bulan di Plaza Indonesia Mall. Karena permintaan besar akhirnya kami buka permanen store,” kata Emily.
Sukses di ibukota, Love and Flair pun mencoba merambah ke kota di luar Jakarta. Dan yang pertama disinggahi adalah Surabaya.
Produk lokal yang bernaung di bawah payung Love and Flair ini dibeber di lantai 1 Ciputra World Surabaya hingga 25 November 2018.
“Fokus utama kami tetap di online. Tetapi, untuk dapat customer baru dan sekaligus memberi experience pada customer, kami harus datang ke kota-kota di luar Jakarta untuk bawa brand yang sudah ada. Setelah Surabaya, mungkin kami akan ke Medan dan Makasar,” tandas Emily. dit