
iniSURABAYA.com – Sebagai sebuah karya seni, doodle bisa diaplikasikan dalam beragam media dan bentuk. Doodle bisa sekadar untuk senang-senang sebagai pengisi waktu luang, atau juga untuk mengekspresikan gejolak di hati.
Tetapi, Achmad Rizki Fauzi mengaku cenderung suka mengekspresikan kreativitasnya dalam bentuk sketsa wajah. “Saya ingin mengukur kemampuan saya dalam mewujudkan karakter tokoh lewat goresan pulpen,” kata seniman doodle asal Banyuwangi ini.
Ditemui di tengah kesibukan pameran Doodle Fest
Euforia di Yello Hotel Jemursasi Surabaya, Rizki menyatakan sudah puluhan wajah
dia hasilkan di atas lembaran kertas putih lewat coretan tangannya,. Diantaranya
yang paling dia sukai adalah sketsa wajah BJ Habibie.
Menurut Rizki, sosok mantan Wakil Presiden RI
itu sangat menginspirasi. “Beliau nggak banyak masalah, tetapi sebaliknya banyak
karyanya. Saya ingin bisa seperti beliau, terus menghasilkan karya,” tandasnya.
Sementara Afrizal Eko Wahyudi, Humas Doodle Art Surabaya menegaskan, tak ada konsep pasti dalam seni doodle, dan lebih banyak bergantung pada eksplorasi. Itulah yang membuat doodle art digemari, khususnya belakangan di kalangan anak-anak milenial.
Gaya doodle yang tak beraturan kerap
dilekatkan dengan kesan coretan anak-anak. Hal tersebut mendorong komunitas
Doodle Art Surabaya terus mengenalkan doodle kepada semua kalangan.
’’Anggota kami beragam, dari usia 7 tahun sampai yang sudah lulus kuliah dan menikah juga ada,’’ tutur pria yang akrab disapa Ijal ini.
Senada dengan Rizki dan Ijal, Dian Palupi Nur Umam seniman doodle lainnya juga menandaskan bahwa doodle merupakan wujud seni coretan sebagai ekspresi imajinasi seseorang.
Menurut Dian, karya-karya yang ditampilkan
juga makin berkembang. Misalnya, tahun ini beberapa penggiat doodle art memilih
media yang tak biasa. Salah satunya, sepatu kanvas yang juga ditampilkan di
area Doodle Fest Euforia.
Sepatu kanvas putih itu dipenuhi garis-garis lengkung yang membentuk pola bunga matahari. Karya Cemara Karenina itu mempertahankan warna hitam dan putih saja. Cemara tak membubuhkan warna lain karena terbatasnya media.
’’Doodle di sepatu memang rumit, apalagi sneaker. Space-nya makin terbatas dengan tali-tali di tengah,’’ ujar Dian yang bertanggung jawab mengelola karya anggota komunitas.
Untuk media sepatu kanvas, alat yang digunakan bisa kuas pen atau spidol marker. Bergantung kenyamanan si pembuat dan bentuk lekukan sepatu. dit