iniSURABAYA.com – Sebagai seorang ibu, Alyssa Soebandono rupanya punya kekhawatiran buah hatinya kekurangan zat besi, terutama di masa pandemi seperti sekarang.
Rasa khawatir itu muncul, karena dia melihat tantangan anak jadi lebih berat ketika menjalani pembelajaran jarak jauh (PJJ). “Saya mengamati langsung bagaimana anak berjuang untuk tetap berkonsentrasi ketika belajar, terutama untuk anak-anak saya yang sudah memasuki usia sekolah,” ungkapnya.
Karena itu pula, Alyssa menegaskan dirinya selalu mendampingi dua anaknya, Muhammad Dirgantara Ariendra Harlino dan Malik Narendra Harlino ketika belajar untuk membantu mereka tetap berkonsentrasi.
Tak hanya itu. Artis yang sudah membintangi lebih dari 25 judul sinetron ini juga berusaha menyediakan asupan gizi yang cukup, dan memastikan tidak ada tanda-tanda awal kekurangan zat besi pada anak-anaknya.
“Saya bersyukur, dengan menjaga asupan gizi dan pendampingan yang penuh perhatian, Rendra dan Malik tetap dapat terus belajar aktif dan memenuhi rasa ingin tahunya meskipun tidak ada kegiatan tatap muka dengan guru dan teman-teman sekolahnya,” paparnya.
Tya Ariestya punya pendapat senada. Artis yang juga ibu dua anak ini menceritakan pengalamannya dalam memastikan asupan gizi harian anak. “Bagi anak-anak saya yang masih berusia 4 tahun dan 1,5 tahun, ternyata masalah gizi seperti kekurangan zat besi dapat menjadi salah satu penyebab anak lebih pemurung dan pendiam di rumah,” urainya.
Padahal, lanjut Tya, orang tua pasti mengharapkan anaknya tumbuh sehat, supel, dan punya banyak teman. “Memberikan Kanaka dan Kalundra makanan dengan gizi seimbang dan mengajak bermain bersama menjadi kiat saya untuk memastikan mereka dapat berkembang dengan baik,” tegasnya.
Gangguan Tumbuh Kembang
Sementara dr Nurul Ratna Mutu Manikam MGizi SpGK menyatakan, kekurangan zat besi adalah kondisi ketika kadar ketersediaan zat besi dalam tubuh lebih sedikit dari kebutuhan harian.
Sebagai bagian dari hemoglobin, fungsi utama zat besi adalah mengantarkan oksigen dari paru-paru untuk digunakan oleh bagian-bagian dalam tubuh anak.
Dokter spesialis gizi klinik dan Ketua Departemen Ilmu Gizi Klinik FKUI ini menekankan, tanpa zat besi, organ-organ tubuh tidak mendapatkan oksigen yang cukup sehingga menyebabkan gangguan tumbuh kembang anak baik secara kognitif, fisik, hingga sosial.
Zat besi memiliki peran penting pada tubuh anak, terutama untuk mendukung tumbuh kembangnya. “Asupan zat besi yang tidak adekuat menyebabkan menurunnya kecerdasan, fungsi otak, dan fungsi motorik anak sehingga dalam jangka panjang, berakibat menurunnya performa di sekolah, perubahan atensi dan sosial akibat tidak tanggap terhadap lingkungan sekitar, serta perubahan perilaku pada anak,” ujarnya.
Nurul menambahkan,“Salah satu penyebab terjadinya kekurangan zat besi adalah kurangnya konsumsi asupan makanan kaya zat besi, terutama dari sumber hewani seperti daging merah, hati, ikan, dan ayam. Jika tidak ditangani, gangguan ini bisa jadi permanen.”
Pentingnya asupan zat besi bagi anak ini juga diungkapkan Anna Surti Ariani SPsi MSi. “Kekurangan zat besi tidak hanya memiliki dampak bagi pertumbuhan, tetapi juga pada perkembangan anak. Kondisi ini menghambat kemampuan anak untuk berkonsentrasi,” tutur Psikolog Anak dan Keluarga ini.
Padahal jika konsentrasi tidak optimal, maka daya tangkap anak menurun, daya ingatnya kurang optimal, dan rentan mengalami masalah kognitif lain seperti kesulitan menganalisa dan mengambil kesimpulan, sulit memecahkan masalah, dan kurang kreatif.
Anna mengingatkan, saat memasuki usia sekolah, anak yang kekurangan zat besi ini rentan mengalami kesulitan belajar dan saat dewasa rentan jadi sulit bersaing di dunia kerja.
“Hambatan ini nantinya juga membuat anak menjadi tidak percaya diri, murung, dan sulit bersosialisasi,” tegasnya.
Karena itu, kata Anna, menjadi penting bagi orang tua untuk memastikan kebutuhan gizi harian anak terpenuhi, serta senantiasa memberikan stimulasi yang tepat untuk mendorong pertumbuhan anak menjadi anak generasi maju yang berpikir cepat, tumbuh tinggi, tangguh, aktif bersosialisasi, dan percaya diri.
Kekurangan zat besi dapat dicegah dengan memberikan anak makanan yang kaya zat besi seperti daging merah, hati, ikan, ayam, bayam, dan susu pertumbuhan yang difortifikasi.
Orang tua juga harus memperhatikan asupan vitamin C pada anak karena vitamin tersebut membantu tubuh menyerap zat besi dengan lebih baik. “Jeruk, stroberi, tomat, dan brokoli merupakan sumber vitamin C, sebaiknya dimakan bersama dengan makanan yang kaya zat besi untuk mengoptimalkan penyerapan.
“Tambahkan pula makanan dan minuman yang difortifikasi zat besi dan vitamin C untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi harian anak,” kata dr Nurul menambahkan.
Lebih jauh, Arif Mujahidin, Corporate Communications Director Danone Indonesia memapar hasil penelitian yang menyatakan bahwa satu dari tiga anak Indonesia berusia di bawah lima tahun tercatat mengalami anemia (Riskesdas 2018)
Dari jumlah tersebut 50-60 persen kejadian anemia disebabkan kekurangan zat besi (Grantham-McGregor S, 2010).
Jika tidak ditangani, kekurangan zat besi dapat membuat generasi emas Indonesia tidak tumbuh optimal dan menghambat mimpi bangsa menjadi negara maju pada perayaan 100 tahun Indonesia di tahun 2045.
“Tercapai atau tidaknya mimpi bangsa terkait Generasi Emas 2045 tersebut ditentukan oleh kualitas anak-anak yang saat ini masih balita. Sayangnya, satu dari tiga balita Indonesia, yang nantinya menjadi penggerak generasi maju, berisiko menghadapi tantangan tumbuh kembang yang bersifat permanen akibat kekurangan zat besi. Sehingga, menghambat upaya untuk berprestasi bagi negeri,” ujar Arif.
“Memastikan bahwa setiap anak Indonesia terpenuhi haknya untuk maju dan berprestasi merupakan tanggung jawab kita bersama. Untuk itu, Danone Specialized Nutrition (SN) Indonesia ingin mengajak orang tua memberikan perhatian khusus dalam memastikan kebutuhan harian gizi anak, termasuk zat besi, telah terpenuhi dan terserap dengan baik,” imbuhnya.
Arif menyatakan, Danone Specialized Nutrition Indonesia juga menyediakan sebuah platform daring untuk membantu orang tua bisa melakukan tes risiko terjadinya kekurangan zat besi pada si kecil melalui fitur di dalam situs www.generasimaju.co.id.
Pada situs ini, orang tua dapat menemukan serangkaian artikel terkait topik nutrisi termasuk kekurangan zat besi dan cara mengatasinya, serta berbagai artikel mengenai tips untuk mendukung anak menjadi Anak Generasi Maju.
“Fitur ini diharapkan dapat membantu orang tua mendeteksi kekurangan zat besi pada anak sejak dini dan bagaimana stimulasi yang perlu dilakukan agar dapat mendukung mereka menjadi generasi maju,” pungkasnya. dit