Crown Group Indonesia Jamin Orang Asing Tetap Dapat SHM Atas Properti Apartemen di Australia

0
717
Reiza Arief

iniSURABAYA.com | AUSTRALIA – Beli apartemen di Australia tetap bisa dapatkan SHM? Crown Group Indonesia menekankan bahwa setiap orang asing yang memiliki apartemen di Australia akan mendapatkan SHM atas unit apartemen yang dimiliknya.

Reiza Arief, Manajer Penjualan Crown Group Indonesia, awal minggu ini menjawab beberapa pertanyaan yang muncul perihal legalitas kepemilikan apartemen di Australia.

Menurut Reiza Arief, banyak calon konsumen yang mempertanyakan perihal pembeli asing di Australia. Terutama ketika mereka memperbandingkan dengan pengalaman membeli unit apartemen di Indonesia.

“Orang asing tetap akan mendapatkan jenis sertifikat yang sama dengan penduduk lokal, yaitu SHM yang berlaku seumur hidup dan dapat diwariskan,” tegas Reiza.

Yang membedakan legalitas kepemilikan properti bagi orang asing di Australia dengan di Indonesia, Reiza menambahkan, di Australia hanya berlaku satu jenis sertifikat, yaitu Freehold certificate dan lahan di atas gedung akan dibagi dalam bentuk strata ke setiap unit.

Sementara di Indonesia terdapat beberapa tipe sertifikat tergantung kepemilikan lahan gedung, dan strata hanya merupakan kepemilikan ruang unit dan tidak termasuk lahan dimana gedung itu berdiri.

“Dan SHM di Australia sendiri masih berbentuk fisik, walaupun sudah menggunakan sistem digital untuk penyimpanan data,” imbuhnya.

Reiza Arief juga mengungkapkan lama waktu proses yang dibutuhkan untuk mendapatkan SHM di Australia. “Di Australia, biasanya dua minggu sebelum jadwal serah terima unit sertifikat sudah keluar. Dan serah terima unit tidak akan terjadi apabila sertifikat belum ada,” tandasnya.  

Reiza menekankan, pendaftaran sertifikat saat ini sudah menggunakan sistem pendaftaran digital e-documents, sehingga memudahkan pembeli yang berdomisili di luar negeri.

Disinggung soal banyaknya orang asing khususnya dari Indonesia lebih banyak membeli apartemen dibandingkan rumah tapak, Reiza memberi penjelasan,”Kepemilikan rumah tapak harganya lebih tinggi dibandingkan unit apartemen, terutama di area yang strategis seperti di dekat CBD dan area sekitar kampus.”

Pemeliharaan rumah tapak juga lebih mahal dibandingkan apartemen, bahkan ada pajak tambahan apabila rumah tapak tersebut kosong lebih dari enam bulan yang besarannya sendiri sekitar satu persen dari nilai properti yang dimiliki.

“Apartemen juga secara umum lebih mudah disewakan dibanding rumah tapak, sehingga memudahkan para investor yang menggunakan KPA me-leverage pembayaran cicilan bulannya,” ungkapnya.

Ditambahkan pula bahwa 70 persen pembeli dari Indonesia adalah tipe investor. Artinya, mereka mencari properti yang mudah disewakan dan memberikan imbal hasil yang tinggi.  

“Itulah sebabnya lebih banyak pembeli asing yang menyasar unit apartemen dibandingkan rumah tapak,” paparnya.

Selain itu, lanjut Reiza, jumlah calon penyewa unit apartemen lebih besar dibandingkan rumah tapak di Australia. “Sebagai gambaran, persentase penyewa rumah tapak adalah sebesar 14 persen pada tahun 2009, dan hanya naik sebesar satu persen menjadi 15 persen pada tahun 2019,” urainya.

Sementara persentase penyewa unit apartemen adalah sebesar 43 persen pada tahun 2009, dan naik menjadi 56 persen di tahun 2019.

“Dan ada penurunan presentase sebesar 13 persen bagi mereka yang membeli dan tinggal di unit apartemennya. Dari 56 persen pada tahun 2009, menjadi 43 persen pada tahun 2019.

Terkait perlu tidaknya digitalisasi pendaftaran SHM, Reiza Arief berpendapat, meskipun SHM masih berbentuk fisik, namun sistem registrasi sertifikat sebaiknya di digitalisasi untuk mencegah tumpang tindih sertifikat yang masih sering terjadi di Indonesia.

Reiza mengingatkan, kepemilikan lahan di atas gedung apartemen yang memiliki sertifikat terpisah juga melemahkan posisi pembeli.  

“Diperlukan campur tangan dari pemerintah Indonesia untuk dapat menjamin hak konsumen mendapatkan sertifikat atas unit yang dibeli sehingga meningkatkan kepercayaan dan antusiasme konsumen dalam membeli proyek off the plan, karena sering terjadi sertifikat tidak keluar walaupun mereka sudah membayar lunas,” pungkasnya. wid

Comments are closed.