iniSURABAYA.com – Daya tampung di belasan rumah sakit swasta di Kota Surabaya sudah pada titik maksimal. Akibatnya, pihak rumah sakit mengumumkan penutupan Instalasi Gawat Darurat (IGD) bagi pasien Covid-19 untuk sementara waktu.
Informasi tersebut disampaikan melalui sejumlah poster di media sosial maupun berupa tulisan yang ditempel di area IGD rumah sakit tersebut.
Sebagaimana dikutip dari suarasurabaya.net, Sabtu (3/7/2021) setidaknya ada 13 rumah sakit swasta di Surabaya yang menyatakan IGD-nya tutup sementara. Berikut daftarnya.
1. RSI Jemursari
2. RSI Ahmad Yani
3. RS Royal
4. RS Wiyung Sejahtera
5. RS PHC
6. RS Adi Husada Undaan Wetan
7. RS Adi Husada Kapasari
8. RS Premiere
9. RS National Hospital
10. RS Al Irsyad
11. RS Gotong Royong
12. RS RKZ
13. RS William Booth (sejak Selasa 29/6/2021)
Dokter Aditya Bhayusakti dari Rumah Sakit Islam (RSI) Jemursari, membenarkan IGD di rumah sakit milik Nahdlatul Ulama itu sementara tutup.
“Kami tidak menerima pasien Covid-19 maupun Non-Covid-19 di IGD selama tiga hari ke depan, sampai Senin (5/7/2021),” katanya.
Dokter Partono Kepala IGD RS Adi Husada Kapasari saat dihubungi juga membenarkan tentang pengumuman penutupan IGD bagi pasien Covid-19 di rumah sakit tersebut.
Menurut Partono, saat ini sudah tidak tersedia ruangan perawatan untuk pasien Covid-19 di rumah sakit itu. Ruang ICU untuk pasien Covid-19 di RS Adi Husada Kapasari, kata dia, juga sudah penuh.
“Bahkan, kami sudah tidak bisa merawat pasien non-Covid-19 di ruang ICU. Karena memang sudah tidak tersedia (tempat),” tandasnya.
Rumah Sakit Katolik RKZ Surabaya yang sudah menyatakan menutup IGD sementara waktu sejak Jumat (2/7/2021) sampai saat ini juga masih belum memungkinkan untuk menanganani pasien Covid-19.
“Saat ini terpaksa IGD masih tutup untuk pasien Covid-19 karena ruang isolasi di IGD sangat penuh. Pasien juga macet di IGD karena kamar isolasi rawat inap dan ICU khusus Covid-19 juga penuh. Pasien non Covid-19 masih bisa ditangani dengan screening ketat,” ungkap Dokter Sugiharto, Direktur RKZ.
Hal yang sama dikatakan Dokter Hartono Tanto, Direktur Utama RS Premier. IGD rumah sakit yang dia pimpin juga ditutup tidak hanya lantaran sudah penuh pasien Covid-19, menurutnya banyak tenaga kesehatan di RS Premier yang terpapar.
“Sangat banyak nakes yang terpapar. Kami juga kekurangan tenaga kesehatan. Situasinya sangat berbahaya. Masyarakat tidak bisa terus abai,” pesannya. ana/dbs