Warung Joglo Merah Putih, Rumah Makan dengan Suasana Khas Jawa Lengkap Ada Kandang Sapi dan Lumbung Padi

0
3542
Pengunjung Warung Joglo Merah Putih menikmati suasana di luar ruangan yang dikelilingi bangunan khas Jawa.

iniSURABAYA.com – Dengan semangat menghadirkan sebuah rumah makan yang tidak hanya jadi tempat nongkrong sekaligus menyajikan aneka menu nikmat, dua orang sahabat Darmanto dan Suryani menghadirkan restoran dengan wujud bangunan khas Jawa.

Uniknya, bangunan rumah makan yang terdiri dari beberapa bagian itu diusung secara utuh langsung dari Tulungagung. “Karena saya asal dari sana dan tahu betul masih ada bangunan rumah khas Jawa yang utuh,” tegas Suryani kepada iniSurabaya.com.

Bangunan yang terdiri dari bahan kayu jati itu kini menempati lahan di area Surabaya Timur, tepatnya di Jl Ir Sukarno Hatta sisi selatan yang berbatasan dengan Perumahan Pondok Tjandra, Sidoarjo.

Yang lebih spesial, bangunan itu benar-benar merepresentasikan kasta-kasta rumah masyarakat tradisional Jawa di masa kolonial. Diantaranya adalah Joglo yang jadi ruang tamu bagi para ningrat, atau pejabat pemerintahan setingkat demang, lurah, dan juga kiai.

Bangunan berikutnya adalah Sinom yang biasa dipakai masyarakat di bawah mereka yang tinggal di bangunan berjoglo. Dan Srotong yang jadi rumah bagi masyarakat di tingkatan paling rendah.

Perbedaan bangunan ini tampak jelas dari bahan yang digunakan. Joglo misalnya, seluruhnya terbuah dari bahan kayu jati yang kokoh. Sedang Srotong dari bahan kayu jati dan campuran kayu jenis lainnya.

Sementara Srotong adalah bangunan persegi yang dikelilingi penutup berupa gedeg, yaitu dinding dari anyaman bambu. Melengkapi rumah tradisional Jawa ini ada pula pawon, langgar, kandang sapi, serta lumbung padi.

“Dulu penempatan kandang sapi atau kebo untuk mengolah sawah ini ada di sisi kiri rumah,” ungkap Suryani.

Hadirnya rumah makan bernama Warung Joglo Merah Putih yang bersisian dengan Warung Kopi Bicopi ini diharapkan bisa melestarikan budaya Jawa yang belakangan kian tergerus jaman.

“Kami ingin anak muda tidak melupakan sejarah. Jadi semangatnya adalah uri-uri (melestarikan) budaya Jawa,” tegas Suryani.

Menurut Suryani, rumah tradisional itu dibeli secara utuh yang kemudian dibongkar agar mudah dibawa ke Surabaya. “Sampai di sini bagian per-bagian kami rakit kembali hingga bisa berwujud seperti aslinya lagi. Inilah kelebihan rumah jaman dulu, bisa dengan mudah dibongkar pasang,” paparnya.

Tak hanya wujud bangunan yang klasik khas Jawa. Menu yang disajikan buat tamu pun seluruhnya tidak ada masakan modern.

Warung Joglo Merah Putih buka setiap hari mulai pukul 07.00 hingga pukul 22.00. “Ini masih belum lengkap, karena belum ada alat transportasi jadul seperti cikar, dokar, dan becak. Kami ingin pengunjung, khususnya anak-anak tahu ada bangunan rumah lengkap dengan alat transportasi kuno jaman dulu,” tandasnya. ap

Comments are closed.