
ILUSTRASI : Kegiatan Forum Anak Kota Surabaya.

ILUSTRASI : Kegiatan Forum Anak Kota Surabaya.
iniSURABAYA.com – Forum Anak Kota Surabaya (FAS) mengagas aksi bertajuk Keranjang Aspirasi 2.0 untuk merumuskan solusi terhadap isu-isu persoalan anak di Kota Pahlawan.
Neerzara Syarifah Alfarizi, Ketua Forum Anak Kota Surabaya (FAS) mengatakan, Keranjang Aspirasi 2.0 merupakan rencana aksi tahun kedua yang dilaksanakan oleh FAS. Sebelumnya, Keranjang Aspirasi yang pertama telah dilaksanakan pada tahun 2022.
“Untuk Keranjang Aspirasi 2.0, kami sedang membahas Gerakan 5 Stop,” kata sosok yang akrab disapa Caca ini di Gedung Siola Lantai 4 Surabaya, Sabtu (4/2/2023).
Dia menekankan, Gerakan 5 Stop meliputi sejumlah hal, yaitu Stop Anak Tanpa Dokumen Kependudukan, Stop Perkawinan Usia Anak, Stop Stunting, Stop Bullying dan Kekerasan pada Anak, serta Stop Pekerja Anak.
“Teman-teman yang ikut di sini kan berasal dari beberapa komunitas, lalu pelajar SD, SMP dan SMA/SMK. Kami harap, mereka mengenal lebih dahulu tentang Gerakan 5 Stop, dan bisa merumuskan solusi dengan format aku lihat, aku tahu, aku akan,” tegas Caca.
Menurut Caca, melalui Gerakan 5 Stop, anak-anak di Kota Surabaya diharapkan dapat memberikan solusi terhadap sejumlah persoalan tersebut. Ke depannya mereka yang terlibat dalam Keranjang Aspirasi juga diharapkan bisa menjadi agent of change bagi teman-teman sebayanya.
“Bisa menjadi influencer anak, untuk mengkampanyekan tentang Gerakan 5 Stop tadi. Dan tentunya bekal yang ada di sini bisa dibawa pulang, disosialisasikan ke keluarga atau lingkungan sekolah,” imbuhnya.
Pelajar kelas XI SMKN 10 Kota Surabaya ini mengaku, selama ini Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memberikan dukungan penuh terhadap kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan FAS. Dukungan itu diberikan tak hanya berupa pendampingan, melainkan juga fasilitas.
“Kami bisa mendapatkan fasilitas di Siola Lantai 4. Ada beberapa ayah-bunda dari dinas yang mendampingi kami. Dan dari awal proses kami mengajukan THOR, permintaan terkait kegiatan ini juga Alhamdulillah dipermudah,” ungkapnya.
Caca berharap, kegiatan seperti Keranjang Aspirasi dapat terus digemborkan di Kota Surabaya. Karena anak-anak Surabaya juga memerlukan kegiatan-kegiatan positif untuk mengisi waktu luang.
“Jadi kalau misalnya diisi kegiatan-kegiatan produktif seperti ini, tentunya akan menghasilkan anak-anak yang mungkin bisa membawa dampak lebih baik untuk Surabaya dan bisa mendukung Surabaya benar-benar menjadi Kota Layak Anak,” urainya.
Sebelumnya, Tomi Ardiyanto, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3A-PPKB) Kota Surabaya mengatakan, terbentuknya FAS sebagai bagian dari upaya Pemkot memenuhi hak-hak anak.
Tomi menyatakan, pemenuhan hak anak tentu tidak akan sempurna tanpa keterlibatan dari mereka. “Makanya kami ingin menjadikan Forum Anak Surabaya ini sebagai perwakilan terkait, apa yang diinginkan anak-anak di Kota Surabaya,” katanya.
Tomi juga mengungkapkan, sekitar 29,7 persen warga Surabaya merupakan anak-anak dengan rentang usia 0 hingga 18 tahun. Karena itu, sangat penting untuk mendengar langsung apa saja keinginan dari anak-anak Surabaya.
Tomi menyebut, upaya untuk mencegah kekerasan dan pernikahan anak, tak bisa hanya dilakukan sendiri oleh pemerintah. Makanya dalam upaya tersebut, Pemkot meminta peran dukungan semua pihak, baik orang tua, guru, masyarakat maupun FAS.
“Ini menjadi tanggung jawab kita bersama. Karena perlu peran orang tua, Bapak/Ibu dan lingkungan keluarga untuk bisa lebih peduli terhadap perkembangan dan pergaulan anak,” pungkasnya. wid