Sampah Tekstil di Dunia Bisa untuk Menutup Kota Surabaya 171 Kali! Nggak Percaya?

0
2011

Desainer diharapkan berhati-hati menentukan pola baju agar tidak makin banyak sampah tekstil.

iniSURABAYA – Percaya nggak bahwa setiap tahun kain yang diproduksi di seluruh dunia ini mencapai 400 miliar meter persegi. Dari jumlah itu, sekitar 15 persen atau 60 miliar m2 dibuang selama proses pemotongan.

Jumlah kain yang terbuang ini, menurut Aryani Widagdo, fashion educationist, bisa untuk ‘menyelimuti kota Surabaya yang luasnya 350,54 km2 ini sebanyak 171 kali!

“Padahal, kain sebanyak itu kalau dibuat kemeja bisa jadi 26,666 juta buah,” ungkapnya.

Pernyataan itu dilontarkan Aryani Widagdo di acara Indonesian Fashion Chamber (IFC) Community Gathering yang diadakan di Food Center Pakuwon Mall Surabaya, Jumat (18/8).

Karena itu pula Aryan agar para desainer berhati-hati dalam membuat pola pada selembar kain agar tidak menambah banyak tumpukan sampah tekstil. “Jadi maksimalkan bahan untuk busana itu sangat penting,” tandasnya.

Aryani berharap, para desainer bisa berkreasi dengan memanfaatkan sisa-sisa busana dari siklus mode untuk menghasilkan pakaian baru dari barang bekas atau barang surplus.

Aryani lalu menyebut sejumlah nama desainer besar dunia yang berhasil menggunakan kain potongan ini menjadi busana menarik, seperti misalnya Martin Margiela, Good One, Nick Cave, Sans Soucie, dan Pretcastle.

Lalu seberapa banyak limbah tekstil yang dihasilkan oleh industry garment global? “Jawabannya tidak diketahui,” kata Aryani.

Namun, Aryani mengungkap data dalam sebuah proses cutiing, sebanyak 16,36 persen tekstil terbuang dari total bahan.

“Untuk membuat 100 T-shirt, pabrik membawa masuk 272,4 m2 tekstil, dan 44,57 m2 menjadi sampah,” urainya.

Selain itu, sebanyak 6,37 persen terbuang saat proses menjahit dan 0,09 persen dalam proses quality control.

“Bikinlah potongan kain yang pas satu sama lainnya sehingga tidak ada kain tersisa dalam proses cutting. Potongan pola dibentuk dan ditata sedemian rupa sehingga ‘saling mengunci’ seperti puzzle,” imbuhnya.

Ditambahkan pula, zero waste ini bukan barang baru. Meski diakui baru dipopulerkan akhir-akhir ini sebagai tanggapan terhadap fast fashion, desain Zero Waste telah ada berabad-abad lalu.

“Contohnya adalah busana kimono Jepang, atau busana sari dari India,” bebernya. –din

Comments are closed.