iniSURABAYA – “Apa sih perbedaan penyiar dulu dan sekarang?”
Begitu pertanyaan yang menyeruak di tengah keriuhan acara Silaturahmi MD (Music Director) Surabaya Raya yang digelar di Surabaya Town Square (Sutos), Minggu (11/3).
Jawaban yang meluncur dari para penyiar yang tampil sebagai narasumber di acara itu pun beragam. Salah satunya yang dilontarkan oleh Yohanes Albertus. “Media untuk berekspresi sekarang jauh lebih banyak ketimbang dulu,” begitu katanya.
Pria yang pernah bertugas di DJ FM ini menambahkan, dulu penyiar hanya bisa memanfaatkan acara on air dan off air agar bisa berinteraksi dengan pendengarnya. “Sekarang, selain tetap lewat on air dan off air, penyiar bisa pula memanfaatkan media sosial, dan striming,” paparnya.
Sementara Iwan Freaks dari Prima Radio menyatakan, sumber informasi yang jadi acuan seorang penyiar pun sekarang jauh lebih mudah didapat. “Dulu info untuk sebuah karya lagu hanya didapat dari rilis yang tersisip di album yang dikirim label,” tandasnya.
Karena itu, bila tidak ada rilis yang menyertai kepingan kaset atau pun CD album sebuah kelompok musik maupun penyanyi, seorang penyiar harus pandai-pandai menggali informasi sendiri. “Sumber informasi lainnya adalah majalah musik,” imbuh Danin Sibilo dari Gen FM.
Share and Share yang mempertemukan para penyiar dan masyarakat penikmat radio ini diselenggarakan ole MD Surabaya dalam rangka peringatan Hari Musik Nasional. “Music director sebagai orang yang memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan musik sesuai format dan segmentasi pendengar radio harus juga mendukung keputusan pemerintah terkait Hari Musik Nasional ini semata demi perkembangan musik Tanah Air,” kata Ricky Samuel, Humas MD Surabaya Raya.
Beragam kegiatan yang disajikan dalam rangka Hari Musik Nasional 2018. Selain Share & Share, juga Workshop Radio dan Musik, serta atraksi Rastamaniez, kelompok musik dari Mojokerta, dan Mahagita dari Surabaya. sum