
iniSURABAYA – Bahasa Jawa sudah luntur dan makin dilupakan? Jawabannya bisa jadi tidak!
Setidaknya Ini dibuktikan oleh 50 murid sekolah dasar yang penuh antusiasme ikut Lomba Bercerita dalam Bahasa Jawa yang diselenggarakan oleh Swissbelinn Manyar Surabaya, Sabtu (25/8/2018). Lomba dalam rangka Hari Kemerdekaan ke-73 RI ini mengangkat tema ‘Kepahlawanan’.
“Nek ono rejaning jaman, tanah iki tak jenengno Suro Boyo,” begitu seru Brehmia Cinta Radu Kasih.
Murid kelas 5 SDN Kedungdoro 2 Surabaya ini tak hanya lancar menuturkan cerita tentang awal mula nama Kota Surabaya. Dia juga mampu mengekspresikan ceritanya dalam bentuk teatrikal sehingga menarik perhatian peserta lain serta guru-guru yang menjadi penonton.
“Di rumah saya juga pakai bahasa Jawa kok,” ujar Brehmia saat ditemui iniSurabaya.com usai turun panggung.
Bungsu dari dua bersaudara ini tak menepis dia berusaha keras agar bisa mengekspresikan ceritanya itu dengan baik. “Ceritanya aku dapat dari guru, dan aku berlatih selama dua minggu,” ungkapnya.
Sementara Mochamad Abimanyu Fajar menyatakan, dia sendiri yang mengarang cerita kepahlawanan Bung Tomo yang dia bawakan di lomba tersebut. “Saya bangga pada Bung Tomo, keberaniannya melawan penjajah yang akan menguasai lagi Surabaya,” imbuh murid kelas 6 SDN Ngagel Rejo VII ini.
Ditemui terpisah, Widodo Basuki, salah satu juri Lomba Bercerita dalam Bahasa Jawa ini menegaskan bahwa sebetulnya, penggunaan bahasa Jawa di sekolah sudah dilakukan di sekolah-sekolah dalam upaya menjaga dan melestarikan budaya Nusantara.
“Yang belum ada adalah kesadaran masyarakat untuk memberi wadah seperti ini. Jadi lomba ini merupakan kesempatan yang perlu dijaga eksistensinya, untuk terus menumbuhkan kebanggaan berbahasa Jawa,” tuturnya.
Menurut Widodo, selama ini menggunakan bahasa Jawa dianggap kuno, dan bahkan rendah. “Karena itu, saya apresiasi penyelenggaraan lomba seperti ini,” kata budayawan Kota Surabaya ini.
Di tempat yang sama, Erick Siahaya, GM Swiss-Belinn Manyar Surabaya menegaskan penggunaan bahasa Jawa ini perlu dilestarikan agar tak terputus hanya di kalangan orangtua. “Anak jaman sekarang kan lebih gampang belajar bahasa Inggris, dan bangga memakai bahasa Inggris. Sementara bahasa ibunya justru ditinggalkan,” ujarnya.
Erick menandaskan akan terus menyelenggaraan lomba bercerita dalam bahasa Jawa itu dan membuatnya sebagai agenda rutin hotel Swiss-Belinn Manyar. “Bahkan rencananya tahun depan akan kami kembangkan ke sekolah swasta juga. Untuk yang pertama ini baru SD negeri saja pesertanya,” tuturnya.
Ditekankan Erick, lomba itu juga untuk mengalihkan perhatian anak-anak yang selama in lebih banyak menggunaan gawai. “Melalui kegiatan ini kami ajak mereka bersosialisasi dengan sesamanya,” pungas Erick. dit