Sarjana Arsitektur yang Kepincut ke Dunia Pendidikan, Begini Kisahnya di Buku ‘Fantasi Guru Sejati’
iniSURABAYA – Berawal dari skripsi yang ditulis untuk menyelesaikan pendidikannya di Jurusan Arsitektur Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, tumbuh kecintaan pada diri Dyan Mukti Rahayu STA terhadap dunia pendidikan anak-anak.
‘Children Out Door & Activity Center’ memang menuntutnya untuk melakukan survei lapangan agar tahu betul kondisi nyata objek yang akan jadi bahan tulisannya.
“Saya mengangkat tema perlunya menggabungkan ruang belajar anak dan psikologi anak sehingga anak-anak menjadi nyaman selama belajar,” tegasnya kepada iniSurabaya.com beberapa waktu lalu.
Wanita yang akrab disapa Didi Dyan ini tak menduga bahwa kedekatannya dengan dunia pendidikan, terutama anak-anak itu membuatnya jadi ‘kepincut’ dan bahkan belakangan terjun langsung di dalamnya, sebagai pendidik. “Saya justru menikmati menjadi guru itu luar biasa,” tegasnya.
Saat ikut pindah ke Semarang mengikuti sang suami, wanita kelahiran Surabaya, 29 Juni 1971 ini bahkan sempat meraih Juara 1 Guru Kreatif Membuat APE Provinsi Jawa Tengah di tahun 2003. Berikutnya ketika sang suami pindah ke Jawa Barat, Didi kembali meraih predikat Jara 1 Guru Kreatif Membuat APE TAAM Provinsi Jawa Barat pada tahun 2012.
Perjalanan panjang yang dia lalui di dunia pendidikan di sejumlah kota inilah yang kemudian dia tuangkan menjadi sebuah buku berjudul ‘Fantasi Guru Sejati’. “Melalui buku ini saya ingin berbagi inspirasi dan memberi semangat pada para guru bahwa menjadi guru itu pekerjaan hati,” paparnya.
Optimisme dan semangat yang ada dalam diri Didi Dyan ini ternyata justru dipicu oleh didikan orangtua, khususnya sang ayah yang sangat keras pada dirinya. Sebagai anak tunggal, Didi bahkan tak bisa bermanja-manja.
“Orangtua selalu menanamkan pada diri saya agar menjadi ‘orang yang kuat’,” kata Didi yang sempat menjadi kepala sekolah di sebuah TK saat tinggal di Semarang ini.
Dan sosoknya yang ‘penyayang’ diakui juga pengaruh dari kedua orangtuanya. “Dulu kalau orangtua ambil pembantu itu nggak cuma satu orang, tetapi seluruh keluarganya diminta sekalian tinggal bersama kami. Tujuannya adalah agar bisa jadi teman saya di saat orangtua sedang kerja,” ungkapnya.
Ajaran yang diberikan orangtua pula yang membuat Didi tak bisa hanya berdiam diri justru ketika melihat ada sesuatu yang seharusnya dia bisa lakukan.
“Saya tumbuh jadi orang yang takut jika hidup ini tak manfaat. Karena itu, saya setiap saat selalu berbagi ilmu,” imbuh Didi yang kini menjadi konsultan visual desain untuk sekolah TK, SD, dan SMP di sebuah lembaga pendidikan di Surabaya.
Dalam buku setebal 162 halaman itu bercerita tentang sosok Ayu kecil yang buruk rupa namun tetap riang di balik sifatnya yang pendiam dan pemalu. Sebagai anak tunggal bukan berarti Ayu tinggal sendiri saat kedua orang tuanya bekerja, selalu banyak orang yang dapat menjadi temannya.
“(Buku) Ini bukan novel, tetapi lebih menyerupai catatan perjalanan kehidupan yang tertuang dalam sebuah cerita,” tandasnya mengenai bukunya tersebut. dit