Ini Cara GOW Surabaya Berdayakan Kartini Post Milenial, Ramai-Ramai Hias Tas Anyaman

0
1326
Puluhan perempuan anggota GOW Kota Surabaya memeriahkan Hari Kartini lewat acara Lomba Melukis Tas yang diadakan di Ciputra World Surabaya.

iniSURABAYA.com – Wanita memang tak bisa lepas dari bunga. Karena itu pula hasil kreasi yang diperoleh pada acara Lomba Melukis Tas yang diadakan di Atrium Rotunda Ciputra World Surabaya, lebih banyak berupa bunga dalam bermacam bentuk dan jenis.

Meski acara yang diikuti 60 perempuan anggota Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kota Surabaya ini mengangkat tema Kartini Masa Kini, hasil yang diperoleh paling banyak berupa gambar kembang.

Pihak panitia memberi kebebasan berkreasi pada peserta Lomba Melukis Tas sesuai keinginan dan imajinasi masing-masing. Ketentuan dari panitia hanya berupa tantangan untuk merubah tas anyaman yang semula polos itu menjadi bermotif dalam waktu sekitar satu jam.  

Alat dan bahan yang digunakan pun cukup sederhana. Hanya tas anyaman berukuran sedang, cat air, dan kuas.   

Setelah waktu untuk menggambar tas anyaman itu dinyatakan habis, hasil kreasi peserta didominasi gambar bunga. Hanya beberapa orang yang menggambari tas mereka dengan ornamen lain seperti Kartini ataupun mozaik.

“Saya berusaha menyelesaikan gambar sesuai tema, meskipun ternyata sulit juga menyamakan dengan bentuk aslinya,” ungkap Sri Hardjanti, salah seorang peserta.

Sri Hardjanti yang juga anggota Dharma Yukti Kartini dari Pengadilan Negeri Surabaya ini lalu menunjuk gambar sosok Kartini di salah satu sudut tasnya. “Lumayan bisa dipakai jalan-jalan,” cetusnya sambil menenteng tas yang sudah bergambar tersebut.   

Sementara Iis Hendro Gunawan, Ketua GOW Kota Surabaya menegaskan bahwa acara pada siang itu tidak semata untuk memperingati Hari Kartini. “Acara ini juga bertujuan untuk mendorong ibu-ibu anggota GOW agar berperan dalam revolusi Industri 4.0,” ujarnya.

Diakui wanita yang akrab disapa Bu Hendro ini, revolusi industri memang lekat dengan kaum milenial. Tetapi baginya, ibu-ibu  post milenial lah yang perlu diberdayakan.

“Post milenial perlu diberdayakan, karena mereka biar bisa mandiri, sehingga tidak membebani anak-anaknya,” imbuhnya.

Menurut Bu Hendro, tas anyaman yang dilukis pun merupakan produk UMKM dari Surabaya. Anyamannya diambil dari perajin Lamongan, kulit diambil dari limbah dari Sidoarjo dan batiknya merupakan limbah perca dari industri batik Surabaya.

“Jadi ini semua merupakan pemberdayaan dari produk lokal ramah lingkungan,” begitu katanya. ita

Comments are closed.