
iniSURABAYA – Jika seseorang mengalami diare maupun konstipasi (sembelit) memang jadi tidak nyaman. Keadaan ini makin perlu diwaspadai bila terjadinya berkepanjangan.
Sebab, dua kondisi tersebut bisa jadi pertanda munculnya kanker kolekteral atau biasa disebut kanker usus besar.
“Diare memang salah satu gejala umum yang terjadi pada pasien kanker kolorektal. Selain diare, biasanya diikuti darah pada tinja dan buang air besar yang terasa tidak tuntas,” ungkap dokter spesialis bedah digestif, dr Edwin Donardono SpB-KBD.
Selain itu, Edwin memaparkan terdapat gejala pendukung lain, seperti mual, muntah, sakit perut, lelah, lemas dan penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
“Jika beberapa gejala ini terjadi secara bersamaan, sebaiknya segera memeriksakan diri. Karena gejala-gejala tersebut menunjukkan bahwa kanker kolorektal sudah berkembang lama,” tandasnya.
Menurut Edwin, kanker kolorektal sifatnya sama seperti kanker pada umumnya yang sulit terdeteksi secara dini. “Bila terjadi gejala tadi, bisa jadi kanker sudah terbentuk sejak sepuluh hingga lima belas tahun sebelumnya,” cetus Edwin.
Dia menekankan pula
bahwa kanker kolorektal merupakan pembunuh nomor tiga dari semua jenis kanker.
Karena kanker ini bisa menjalar atau mestastase hingga menyerang organ vital, yaitu
paru-paru dan liver.
“Jika sudah pada stadium empat perlu diwaspadai!” tegasnya.
Semakin tinggi usia seseorang, lanjut Edwin, kemungkinan menderita kanker kolekteral pun semakin besar. “Sembilan dari 10 penderita kanker kolorektal berusia di atas 50 tahun,” urainya.
Penyebab kanker kolorektal belum diketahui secara pasti. Biasanya, pasien yang memiliki keturunan mengidap kanker kolorektal juga berpotensi mengalami hal yang sama.
“Begitu pula pada pasien polip,” imbuhnya.
Selain itu, gaya hidup tidak sehat bisa pula jadi salah satu pemicu munculnya kanker kolorektal. Misalnya pola makan yang salah, yaitu mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak zat additif seperti pewarna, pengawet dan arang.
Gaya hidup yang buruk lain seperti jarang berolahraga, konsumsi alkohol, kurang serat, juga diyakini sebagai pemicu tumbuhnya kanker.
Pemeriksaan yang digunakan untuk diagnosis kanker kolorektal lumayan berantai. Diantaranya adalah periksa FOBT. Dan bila dinyatakan positif dilanjutkan dengan periksa colok dubur.
“Jika dengan colok dubur tidak ditemukan sumber pendarahan, maka dilakukan pemeriksaan proktoskopi,” beber Edwin.
Jika melalui protoskopi juga tidak menunjukan hasil, pasien bisa dirujuk ke faskes sekunder untuk kolonoskopi. Yakni evaluasi kondisi bagian dalam rektum dan usus besar.
Sama seperti kanker lain, diagnosis dan penanganan lebih dini dapat meningkatkan kemungkinan sembuh pada pasien. dit