Gabungkan 8 Pianis di Pentas INDUniverse Collabortion Concert Bikin Lifia Teguh Tak Tidur 2 Malam, Dan Inilah Hasilnya

0
1728
Delapan pianis asal Surabaya yang kini tinggal di beda negara pulang kampung untuk menyajikan pentas musik klasik INDUniverse Collaboration Concert di Gedung Cak Durasim, Sabtu (10/8/2019) malam. (foto-foto: IST)

iniSURABAYA.com – Delapan pianis, Lifia Teguh, Kevin Rahardjo, Ayunia Indri Saputro, Gillian Geraldine Gani, Jeneffer Widjaja, Jesslyn Julia Gunawan, Melivia Citravani Raharjo, dan Aloysius Albert Oenaryo sukses memukau penonton pada pertunjukan spesial INDUniverse Collaboration Concert yang digelar di Gedung Cak Durasim, Sabtu (10/8/2019).

Khususnya ketika mereka memainkan komposisi ‘Mosaik Khatulistiwa’. Dengan arahan Lifia Teguh sebagai komposer, para pianis tersebut menyajika sejumlah lagu daerah Indonesia, yaitu ‘Yamko Rambe Yamko’, ‘Ampar-Ampar Pisang’, dan ‘Cublak-Cublak Suweng’. Selain itu dihadirkan pula lagu nasional ‘Tanah Airku’.

Berbagai suasana Indonesia dihadirkan dalam komposisi ini, mulai dari magisnya gending Jawa, rancaknya tembang dolanan Kalimantan, serta kemegahan lagu perang Papua.

Komposisi ini dimainkan dengan sangat apik oleh delapan pianis dengan empat piano yang diletakkan berdampingan di panggung.

Ada pula ‘Perjalanan Anak Rantau’ (‘A Traveler’s Journey’). Komposisi Indonesian-fusion ini disajikan oleh sang komposer lewat dentingan pianonya diiringi gesekan dua biola yang dimainkan Yoanita Kartadihardja dan Erwin Prasetya, viola (Juanita Sidharta), cello (Lita Tandiono), dan perkusi (Ebenhaezer Silmalipa).

Komposisi ini menggabungkan genredangdut,klasik, dan Latin. Hadirnya komposisi tersebut terasa unik lantaran adanya keterlibatan penonton.

Saat lagu ‘Ampar-Ampar Pisang’ misalnya, penonton ikutan menghentakkan kaki, bertepuk tangan, dan menjentikkan jari, sehingga ada interaksi dengan para musisi di panggung.

“Kolaborasi ini pertama kalinya kami sajikan. Kami bersyukur semua bisa diapresiasi penonton,” ujar Lifia Teguh kepada iniSurabaya.com.

Menyatukan delapan musisi yang tinggal di negara yang berbeda ini bukan soal mudah. “Solusinya, setiap musisi diberi part untuk latihan sendiri-sendiri,” ungkapnya.  

Lifia menambahkan, latihan bersama di Indonesia baru bisa mereka lakukan mulai 25 Juli silam. “Para pianis ini memang sulit bertemu karena mereka menempuh studi dan ada pula yang berkarir di Amerika Serikat, Australia, dan Kanada,” ujar Lifia yang kini sedang kuliah S2 dan sekaligus jadi dosen di Amerika Serikat.

Dalam waktu satu bulan, Lifia harus menyelesaikan komposisi yang melibatkan delapan pianis. Sebuah tantangan yang belum pernah digarap sebelumnya. ”Saya sampai nggak tidur dua hari,” imbuhnya sembari tertawa. dit

Comments are closed.