
iniSURABAYA.com – ‘Jangan’ dalam bahasa Jawa bermakna sayur. Menu berkuah ini hasil olahan berbagai bahan sehingga menjadi sajian bercita rasa nikmat.
Sementara ‘Bung’ berasal dari rebung atau bambu muda. Selain sering digunakan jadi bahan sayuran, rebung ini juga identik dengan tombak bambu yang di jaman revolusi digunakan sebagai senjata bagi rakyat Indonesia untuk berjuang melawan penjajah.
Kolaborasi dua kata inilah yang mewarnai pameran karya seni bertajuk ‘Jangan Bung’ di Galeri Paviliun House of Sampoerna. Pameran yang berlangsung hingga 7 September 2019 itu diikuti 20 seniman dari berbagai kota di Indonesia.
“Semangat perjuangan inilah yang menjadi motivasi para seniman untuk terus mempertahankan eksistensi diri dalam dunia seni rupa,” tegas Yudit Hadi, Ketua Pameran ‘Jangan Bung’.
Pernyataan senada dilontarkan Apri Susanto, salah seorang peserta pameran. “Manusia diciptakan berbeda-beda. Begitu pula alam dan seisinya. Masing-masing mempunyai peranannya sendiri-sendiri sesuai dengan porsinya,” tuturnya.
Apri menambahkan,“Terkadang sebagai manusia kita lalai bahwa dari perbedaanlah tercipta keindahan dan keseutuhan yang hakiki. Kebhinekaan dalam kebersamaan adalah kekuatan utama untuk mengalahkan penindasan.”
Visualisasi ciri khas para seniman tersaji apik dalam karya 2 dimensi maupun 3 dimensi. Dan sebagian besar menceritakan pengalaman pribadi para perupa tersebut.
Seperti Acin Heri yang mencoba menyampaikan pesan moral terinspirasi dari penyakit yang diderita ibunda tercinta dalam kreasi berjudul ‘Harapan, Doa dan Cita-Cita’.
Ada pula Rafika Anggraeni yang hadir lewat karya bertajuk ‘Runtuh Lalu Putih’. Kreasi Rafika ini berupa coretan bolpoin pada kertas menggambarkan evolusi karakter manusia dalam menghadapi masalah-masalah yang datang dalam hidup.
Sedang Galang Mado menciptakan ‘Perempuan’. Karya ini terinspirasi dari figur perempuan sebagai dermaga yang dianalogikan sebagai tempat kehidupan berangkat. Goresan Galang dikemas secara apik dan penuh warna dalam perpaduan akrilik di atas kertas.
Rani Anggraini, Manager House of Sampoerna berharap pameran ini dapat menyebarkan semangat pada generasi muda untuk menemukan jati diri, mengembangkan potensi yang dimiliki, serta menunjukkan eksistensi dengan berprestasi.
“Semoga pameran ini juga jadi media bagi para seniman sebagai inspirator untuk mendekatkan diri dengan masyarakat sehingga timbul komunikasi yang konstruktif dan berguna bagi kedua belah pihak,” ujarnya. dit