Inginkan Surabaya Jadi Pusat Health Tourism Indonesia, Gus Hans : Bisa Tambah PAD dari Sektor Pariwisata

KH Zahrul Azhar Asad

iniSURABAYA.com – Surabaya jadi pusat health tourism? Itulah keinginan kuat yang muncul dalam angan KH Zahrul Azhar Asad.

Ditemui di tengah acara jamuan makan siang di RM Bebek Harissa MERR Surabaya,  pria yang akrab disapa Gus Hans ini menegaskan bahwa Surabaya memiliki tenaga medis yang berkualitas.

“Kalau bicara soal dokter pasti nggak akan ada yang menolak bahwa FK Unair (Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga) lah pusatnya,” tandas Gus Hans.

Pria kelahiran Jombang, 23 Maret 1976 ini juga menyatakan,”Selama ini tidak banyak yang tahu bahwa dokter Surabaya banyak yang keliling Eropa. Dokter bedah syaraf atau spesialis lainnya ini melakukan tindakan operasi di rumah-rumah sakit di Jerman, Swiss dan sejumlah negara Eropa lainnya,” papar Gus Hans.

Sarjana S1 Hubungan Internasional FISIP UPN Yogyakarta ini menyatakan pula kemudian menunjuk keberhasilan rumah sakit di Malaysia dan Singapura dalam menarik perhatian masyarakat Indonesia untuk berobat di negara tersebut.

Bacaan Lainnya

“Mengapa kita tidak seperti Penang, atau Singapura yang bisa menambah PAD dari health tourism?” cetusnya.  

Gus Hans yang melanjutkan pendidikan S2 IKM Fakultas Kedokteran Universitas Gajahmada ini menambahkan bahwa peralatan medis yang dimiliki rumah sakit di negara tetangga itu sebetulnya tidak terlalu canggih.

Rumah sakit di Malaysia maupun Singapura ini bisa menawarkan biaya berobat murah sebagai daya tarik bagi pasien. “Strategi itu untuk memancing orang stay lebih lama. Efeknya, tentu akan makan dan belanja di sana. Dan itu bisa hidupkan masyarakat sekitar,” urainya.  

Sektor pariwisata dianggap penting bagi Gus Hans untuk menambah pendapatan Ibukota Provinsi Jawa Timur ini. “Negara makmur macam Dubai atau negara Timur Tengah lainnya sudah makin sadar, dalam 40-50 tahun mendatang mereka akan kehabisan minyak. Karena itu mereka pun mulai beralih ke pariwisata,” ungkapnya.  

Disinggung mengenai kurang ramahnya layanan tenaga medis di negeri sendiri, khususnya Surabaya, Gus Hans menandaskan semangat kompetisi harus ditingkatkan.  

“Kenapa (tenaga medis) tidak ramah? Ramah nggak ramah tetap dapat gaji kok!” begitu ucap pengasuh Pondok Pesantren Queen Al Azhar Darul Ulum, Peterongan, Jombang ini.

Bila semangat kompetisi sudah dimunculkan, lanjut Gus Hans, para tenaga medis ini akan berpikir ulang untuk meningkatkan layanan terbaik bagi pasien.

“Kepuasan pasien jadi sebuah keharusan. Tenaga medis harus punya rasa bahwa dia hidup dari pasien,” tutur Gus Hans yang juga Wakil Rektor Unipdu Jombang. dit

Pos terkait