iniSURABAYA.com – ‘Rock never die’. Roh musik rock di Surabaya memang tak pernah padam. Meski industri musik Tanah Air sedang lesu pun musik di Kota Pahlawan ini tetap menunjukkan eksistensinya.
Salah satunya adalalah yang diperlihatkan grup rock Paid Project. Di akhir bulan lalu kelompok musik yang diawaki Mohay (lead guitar), Denny (vokal), Made Weda (bas), dan Cawol (rhythm guitar) merilis mini album mereka, ‘Terbaik’.
Yang menarik dari grup band ini adalah hadirnya Auggie sebagai penggebuk drum, berusia masih sangat muda dibanding personel lainnya. Hadirnya Auggie memperlihatkan semangat Paid Project untuk memberi kesempatan pada musisi muda usia ikut ambil bagian dalam proses regenerasi rock di Surabaya.
Bagi Denny dan kawan-kawan, musik rock
tak sekadar upaya untuk eksis bermusik. “Bagi kami, rock panggilan jiwa. Karena
jiwa kami sudah ada di situ tidak mungkin lepas dari rock untuk lari ke genre
lain,” tegas Deny yang diamini personel lain.
Mengenai genre musik, Deny menegaskan bahwa Paid Project bermain di warna modern rock. “Yang ada saat ini kan cenderung rock klasik atau hard rock. Bahkan anak milenial ngertinya rock era ’70-‘80an,” paparnya.
Dari fenomena itulah Paid Project masuk ke rock era di atas 1990an. “Yang modern rock jarang dipakai. Padahal enak juga dinikmati. Tinggal bagaimana memainkan skill aja,” imbuh Mohay.
Selain itu, Mohay meyakini, jenis musik modern rock ini aman buat mereka yang berada di jalur indie. “Karena musiknya tidak membosankan,” cetus Mohay.
Paid Project bertekad memberi warna dan sekaligus hiburan pada penikmat musik rock lewat karya yang mereka hadirkan. Dan hasilnya adalah mini album ‘Terbaik’ yang sudah mereka siapkan sejak empat bulan silam.
“Kami harap bisa diterima masyarakat,” begitu ujar Uthe, manajer Paid Project saat ditemui iniSurabaya.com di Colors Pub & Restaurant beberapa waktu lalu. dit
