iniSURABAYA.com – ITS memberikan sejumlah catatan kepada Pemprov Jawa Timur menghadapi puncak pandemic Covid-19 yang diperkirakan terjadi pada pertengahan Mei 2020.
Dalam salah satu rekomendasinya, Pusat Kajian Kebijakan Publik Bisnis dan Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (PKKPBI ITS) berharap Pemprov Jatim membentuk pusat komando penanganan Covid-19 berskala provinsi.
Pusat komando ini berfungsi untuk mengintegrasikan kebutuhan medis dari Pemerintah Pusat kepada Pemprov Jatim dan melakukan pemantauan jumlah tenaga medis beserta pasien positif Covid-19 di setiap daerah.
“Pusat komando ini akan menggunakan sistem informasi terpadu yang mengadopsi Command Center milik BUMN di Jakarta,” tegas Dr Ir Arman Hakim Nasution MEng, Kepala PKKPBI ITS, Minggu (29/3).
Selain mempersiapkan rumah sakit beserta tenaga medisnya, lanjut Arman, Pemprov Jatim juga harus memastikan persediaan APD bagi tenaga medis dan ventilator bagi setiap pasien positif Covid-19.
Hal ini merupakan poin kedua dari rekomendasi ITS. “Poin ini merupakan hal yang terpenting demi memudahkan tenaga medis dalam menjalankan tugasnya,” tegas Arman.
Menurut Arman, ITS telah berusaha memberikan kontribusi berupa desain bentuk fasilitas ruang isolasi modular. Selain itu, ITS juga melakukan produksi Alat Pelindung Diri (APD) yang dirancang Departemen Desain Produk Industri (Despro) ITS sebanyak 300 unit produksi per hari.
Namun, diperlukan langkah semi industri untuk diproduksi secara massal. “Adapun saat ini pesanannya telah mencapai 126.000. Namun hanya tersisa satu bulan untuk menghadapi puncak pandemi ini,” ungkapnya.
Sama halnya dengan APD, ITS juga sudah mempersiapkan purwarupa ventilator yang akan diuji tim dokter dari Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA). Jika lolos tes uji tersebut, ITS akan melakukan produksi massal dengan melibatkan beberapa industri yang berkaitan.
“Contohnya di Amerika yang menggunakan industri otomotif yang dialihkan untuk memproduksi ventilator,” imbuhnya.
Karena itu, ITS berharap Pemprov Jatim dapat bekerja sama dengan perguruan tinggi dan perusahaan manufaktur untuk melakukan produksi ruang isolasi modular, APD, maupun ventilator dengan biaya murah, tetapi aman secara teknis.
“Dan seharusnya proses produksi ini paling lambat dilakukan pada pertengahan April,” cetus Arman.
Dosen yang juga menjabat sebagai Kepala Laboratorium Business Analytic and Strategy (BAS) ini juga berharap Pemprov Jatim segera mengkaji rekomendasi ITS supaya dapat segera dilaksanakan demi mempersiapkan puncak pandemi Covid-19 nantinya.
“Intinya jangan terlalu lama dalam bertindak. Segera lakukan langkah darurat karena ini saatnya kita bersatu menghadapi Covid-19,” tandasnya. dit