
Somidi dan Suudiyah

iniSURABAYA.com – Setelah menunggu selama 21 tahun, pasangan suami istri Somidi (51) dan Suudiyah (44) akhirnya mendapatkan momongan melalui proses bayi tabung di Morula IVF Surabaya.
Hati Somidi dan Suudiyah pun berbunga-bunga ketika keturunan yang mereka nantikan akhirnya lahir melalui operasi caesar pada 1 Desember 2020.
Begitu sang buah hati yang kemudian diberi nama Aisyah ini lahir, ternyata Suudiyah sudah punya angan untuk menjalani proses kehamilan lewat bayi tabung selanjutnya.
“Tetapi, dokter tadi menyarankan saya harus menunggu sampai satu tahun lagi. Biar Aisyah besar dulu,” urai Suudiyah dengan wajah tertunduk malu.
Menanggapi keinginan tersebut, dr Benekdiktus Arifin MPH SpOG (K), dokter spesialis kandungan Morula IVF Surabaya yang menangani kasus yang dihadapi Somidi-Suudiyah menegaskan bahwa di proses kehamilan kedua nanti pasangan suami istri ini tidak perlu menjalani dari awal seperti yang mereka lakukan sebelumnya.
“Tidak perlu dari awal. Hanya mengulang persiapan rahim. Dan itu perlu waktu sekitar 1-2 bulan,” tandas pria yang akrab disapa dokter Beni ini.
Setelah penebalan rahim pada tingkat yang diharapkan, baru bisa dilakukan transfer embrio. “Embrio yang sudah dibekukan ini kemudian kami lakukan towing embrio transfer,” ungkap Beni.
Menurut Beni, pihaknya masih menyimpan satu embrio yang diperoleh dari proses awal persiapan kehamilan Suudiyah. “Dari hasil pemeriksaan kami dapatkan tiga embrio. Dua kami tanam dan satu diantaranya berhasil membuahi telur dalam kandungan Bu Suudiyah,” imbuhnya.
Disinggung mengenai biaya ‘perawatan’ embrio yang nantinya ditanamkan ke rahim Suudiyah, Beni menyatakan sekitar Rp 300.000 per-bulan. “Jadi untuk menyimpan dan menjaganya sampai siap ditanamkan selama setahun biayanya total Rp 3,6 juta,” urainya.
Sementara Somidi menyatakan, kepatuhan pada petunjuk dokter turut berpengaruh pada keberhasilannya memperoleh momongan yang sudah ditunggu sejak lama.
“Memang harus sabar. Pertama datang ke Morula IVF Surabaya ini bulan Februari 2019, dan embrio baru bisa ditanam bulan April 2020. Jadi harus menunggu 1,2 tahun menunggu nggak apa-apa. Saya dan istri tetap sabar menjalani semua prosesnya,” urai Somidi.
Selama proses bayi tabung dijalani, pasangan suami istri yang menikah pada tahun 1999 ini pun harus menjalani banyak pantangan, diantaranya dilarang makan kacang-kacangan.
“Apa pun saran dokter saya dan istri patuhi semuanya. Dilarang minum kopi ya karena saya memang tidak minum kopi, nggak soal juga,” imbuh Somidi sambil tersenyum.
Bahkan ketika mereka harus bangun dini hari lantaran harus melakukan pemeriksaan di Surabaya pada pagi harinya pun dijalani dengan penuh keikhlasan.
“Kami harus bangun jam dua malam dan naik bus ke Surabaya. Itu perlu waktu enam jam. kalau jalanan lancar bisa empat jam, kami lakukan tanpa mengeluh,” tuturnya.
Selain keinginan kuat yang menjadi dasar keberhasilan mereka dapat keturunan, Somidi tak menepis adanya dukungan orangtua. “Orangtua sempat tanya, duit darimana, bayi tabung kan mahal. Orangtua tidak perlu ikutan mikir soal itu. Saya hanya minta doa agar keinginan kami dapat anak bisa tercapai. Soal duit saya yang akan cari sendiri,” kata Somidi yang sehari-hari berdagang cemilan keripik singkong di kompleks wisata religi Makam Asta Tinggi Sumenep. dit