Murid SMP Santa Maria 2 Sidoarjo Berlatih Bikin Pupuk Takakura, Elisabet Rachel: Olah Sampah Organik Ternyata Gampang!

0
1036
Murid kelas 7 SMP Santa Maria 2 Sidoarjo dibimbing Komunitas Peduli Lingkungan berlatih membuat pupuk takakura.

iniSURABAYA.com – Peduli lingkungan bisa dimulai dari hal-hal kecil, terutama dari lingkungan di sekitar rumah dan juga di sekolah. Itu pula yang coba ditanamkan pada murid-murid SMP Santa Maria 2 Sidoarjo melalui kegiatan membuat pupuk takakura.

Setelah sempat terhenti selama dua tahun akibat pandemi, gerakan peduli lingkungan di sekolahan ini kembali dilakukan. Selama tiga hari, Rabu-Jumat (19-21/1/2022) secara bergantian murid-murid kelas 7, 8, dan 9 belajar membuat pupuk kompos dari bahan sampah organik.

Kegiatan bertema ecopreneur ini diawali siswa kelas 7 pada Rabu (19/1/2022). Pagi itu, dengan bimbingan Komunitas Peduli Lingkungan mereka mulai tahapan memotong sayuran sisa dan kulit buah-buahan yang mereka bawa dari rumah.

Tahapan selanjutnya adalah meletakkan sekam dalam keranjang sampah. Sebelumnya di bagian dalam keranjang sampah ini mereka letakkan kardus bekas sehingga menutup sisi-sisi lubang tempat sampah tersebut.

“Buat pupuk tanaman ternyata sangat mudah. Bahannya ada di sekitar kita. Di rumah setiap hari pasti ada sisa-sisa sayuran dan buah,” ujar Elisabet Rachel Kriselda, murid kelas 7A SMP Santa Maria 2 Sidoarjo.

Gadis yang juga kandidat Ketua OSIS ini menambahkan, sayuran sisa makanan tersebut langsung diletakkan di tempat sampah dengan bahan-bahan antara lain sekam dan tanah.  

“Ilmu ini sangat bermanfaat. Tentu akan saya tularkan pada teman-teman main di sekitar rumah agar memanfaatkan sampah di rumah tidak terbuang sia-sia, tetapi jadi lebih berarti lagi,” imbuhnya.  

Sementara Fransisca Neni Diliati SKom MPd, Waka Kurikulum SMP Santa Maria 2 Sidoarjo menegaskan bahwa proses pembuatan pupuk takakura ini sangat mudah.

“Bisa dilakukan secara manual. Tidak perlu memakai mesin khusus, dari mencacah sampai mencampur semuanya bisa pakai tangan,” urai wanita yang akrab disapa Bu Sisca ini.

Keranjang sampah hasil kreasi siswa tersebut, kata Bu Sisca, selanjunya diletakkan di setiap kelas. “Jadi nanti jika ada sisa makanan murid-murid bisa dibuang di keranjang itu, dan jika sudah penuh bisa dikemas jadi pupuk tanaman,” cetusnya.

Senada dengan Bu Sisca, Martinus Marsudi SPd, Waka Kesiswaan SMP Santa Maria 2 Sidoarjo menyatakan pelatihan pembuatan pupuk takakura itu untuk membiasakan siswa didik mengelola sampah di sekitar mereka.

“Setelah dikemas jadi pupuk lalu ditawarkan kembali ke siswa atau orangtua. Pupuk takakura ini juga kami kenalkan pada masyarakat di sekitar sekolah,” tandasnya.  

Ditemui di tengah acara pelatihan pembuatan pupuk takakura, Hengky Ceda dari Komunitas Peduli Lingkungan menekankan bahwa pelatihan tersebut sebagai upaya agar di dunia pendidikan tidak hanya diisi kegiatan akademis.

“Tetapi juga ada pembentukan karakter, khususnya yang berkaitan dengan sikap peduli sekitar sehingga ketika keluar dari sekolah punya bekal yang lebih manfaat,” ucapnya.  

Hengky memaparkan proses pembuatan pupuk takakura sama sekali tidak memakai bahan kimia sehingga aman dan mudah dilakukan anak-anak, mulai SD hingga SMA.

Takakura adalah salah satu metode pengomposan baik skala rumah tangga maupun skala kawasan. Dengan metode ini, sampah organik rumah tangga dapat dikelola dengan mudah, dan tidak menimbulkan bau.

“Proses pembuatannya pun tidak menyita banyak waktu, dan hasilnya langsung dapat dimanfaatkan,” katanya. ap

Comments are closed.