iniSURABAYA.com – Perilisan buku ‘Senja Keemasan Peter A Rohi’ karya Amang Mawardi di Balai Wartawan PWI Jatim Jl Taman Apsari Surabaya, Kamis siang (15/6/2023) jadi ajang reuni wartawan-wartawan senior, khususnya sahabat Peter.
Acara launching buku yang dikemas dalam bentuk talkshow kesaksian para sahabat Peter itu dipandu Toto Sonata, yang juga dikenal sebagai penyair dan teman se-kos mendiang Peter.
Sederet tokoh masyarakat yang juga sahabat Peter yang hadir di acara itu antara lain Prof Dr Hotman Siahaan, guru besar FISIP Unair, Lutfil Hakim, Ketua PWI Jatim, dan Henky Kurniadi, Ketua Komunitas Seni Budaya Seduluran Semanggi Suroboyo
Joaquim (Inyo) Rohi, putra almarhum Peter A.Rohi, yang tinggal di Moskwa, Staf Atase Pertahanan di KBRI Rusia juga turut hadir.
Menurut Amang, buku ‘Senja Keemasan Peter A Rohi’ sebenarnya sudah terbit secara terbatas pada bulan Nopember 2021. Buku setebal 150 halaman ini memuat 22 artikel karya Amang Mawardi.
Karena alasan pandemi Covid 19 yang berkepanjangan, buku ini baru di launching tahun ini. “Saya mulai nulis tepat dua hari setelah Peter meninggal. Saya tulis tiap hari dan saya unggah di Facebook,” kenang mantan wartawan harian Pos Kota yang sudah menulis 17 judul buku ini.
Dan tak terasa, lanjut Amang, sudah 20 judul tulisan. Setelah diunggah tiap hari di medsos tersebut, ternyata banyak teman dan sahabat yang meminta agar tulisan serial tersebut dibukukan.
Amang menambahkan, buku tersebut menceritakan kisah persahabatan dirinya dengan Peter A Rohi yang sama-sama berprofesi sebagai wartawan dan alumnus Stikosa-AWS.
Tak hanya itu. Kekaguman terhadap kiprah Peter A Rohi menggugah kreativitas Amang Mawardi untuk menulis serial tulisan tersebut.
Wartawan yang Mantan KKO
Nama Peter A Rohi, pria kelahiran NTT 14 Nopember 1942 dan wafat pada bulan Juni 2020, memang menggores kenangan emas bagi komunitas jurnalis dan budayawan.
Bukan saja karya-karya jurnalistiknya yang sering menjadi perhatian nasional, bahkan internasional. Namun juga prinsip hidupnya yang kokoh dan sangat bersahaja.
Mantan anggota KKO AL (Marinir) ini memilih berkarier sebagai wartawan, dan memperdalam ilmu jurnalistiknya di Akademi Wartawan Surabaya (sekarang Stikosa-AWS).
Tulisannya dikenal lugas, dengan investigasi mendalam. Di akhir masa hidupnya, Peter menjabat sebagai Redaktur Pelaksana di harian Suara Indonesia, setelah sebelumnya koresponden Harian Sore ‘Sinar Harapan’ yang kemudian berganti nama menjadi Suara Pembaruan.
Peter juga menulis banyak buku, antara lain ‘Soekarno Sebagai Manusia’, ‘Ayah Bunda Bung Karno’, ‘Natuna Kapal Induk Amerika’, dan beberapa lagi. Peter juga dikenal sebagai penelusur jejak Soekarno dan salah satu tokoh yang memperjuangkan sebuah rumah di Jl Pandean Surabaya sebagai rumah kelahiran presiden RI pertama itu.
Sebagai wartawan legendaris serta tokoh pers nasional dan dikenal baik oleh banyak tokoh nasional, Peter memilih tinggal di bilangan kampung pelosok yang sempit di daerah Kampung Malang, Surabaya dan bergaul akrab dengan tetangga sebagai mana warga kampung biasa.
Kepala Manusia
Yang sangat menarik adalah cerita kenangan Hotman Siahaan tentang pengalaman yang dialami mendiang Peter.
Sebagai wartawan idealis, waktu itu Peter sangat menentang kebijakan operasi rahasia pada tahun 1980-an yang dikenal dengan istilah Petrus (penembakan misterius).
Tulisan-tulisan Peter sangat kritis menentang kebijakan memberantas premanisme di era pemerintahan Soeharto itu. Kebiasaan Peter memang sering tidur di kantor. Saat bangun pagi, Peter menemukan bungkusan aneh di depan kantornya. Setelah dibuka isinya ternyata kepala manusia.
“Peter sangat konsisten membela kemanusiaan,” ujar guru besar Unair itu.
Menurut Lutfil Hakim, Peter sangat menjaga integritasnya sebagai wartawan dan sangat layak diikuti oleh generasi jurnalis sekarang yang cenderung pragmatis, malas melakukan investigasi berita.
Selain diskusi yang hangat, acara launching itu juga dimeriahkan oleh penampilan para penyanyi senior yang tergabung dalam komunitas Semanggi Suroboyo serta penampilan Besut & Rusmini oleh aktor teater ludruk Meimura. ap/*