Surabaya Punya Bank Sampah Induk, Eri Cahyadi: Sampah Kini Tak Lagi Menjijikkan, Tetapi Menghasilkan

Cak Eri menekankan, bayi stunting bukan hanya soal gizi buruk, tetapi juga karena rumah yang tidak layak huni, lingkungan yang kotor dan tidak punya jamban. “Karena itulah saya konsentrasinya sekarang membangun jamban, rutilahu, setelah itu sumber daya manusianya,” beber Cak Eri.

Dia juga berpesan,”Surabaya punya infrastruktur luar biasa. Tetapi jangan sampai kita lupa dengan pembangunan sumber daya manusianya. Karena kita menyediakan tempat ini untuk anak cucu. Jadi kita siapkan semuanya termasuk dari bank sampai ini,” imbuhnya.

Bacaan Lainnya

Sementara itu, Agus Hebi Djuniantoro, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya mengatakan dalam pelaksanaannya bank sampah induk ini berkolaborasi dengan Yayasan Bina Bakti Lingkungan yang sudah berdiri sejak beberapa tahun lalu.

Mereka kemudian ditarik untuk mengembangkan dan melebarkan sayapnya menjadi Bank Sampah Induk Surabaya. “Bank Sampah Induk yang dikelola yayasan ini sudah memiliki 254 bank sampah unit atau binaan yang terdiri dari 116 bank sampah di unit kampung atau RT-RW, kemudian 118 bank sampah di sekolah-sekolah, lalu 20 unit bank sampah di kantor instansi dan telah mengumpulkan sekitar 70 ton per-bulannya,” kata Agus Hebi.

Dengan adanya gedung baru ini Hebi berharap yayasan ini dapat mengumpulkan dan menjual sampah kering dua kali lipatnya, yaitu sekitar 150 ton perbulannya. Dengan cara itu, maka bank sampah induk ini diharapkan dapat mengurangi sampah di Kota Surabaya.

Pos terkait