iniSURABAYA | MALANG – Terus berkembangnya teknogi digital tak bisa dipungkiri memberi banyak dampak positif bagi masyarakat. Masyarakat jadi makin mudah melakukan segala kegiatan maupun untuk memenuhi kebutuhannya hanya dengan menggunakan jaringan internet.
Kondisi ini akhirnya disikapi dengan beralihnya beberapa unit usaha yang semula bergantung di offline ke online. “Sebab, mereka yang masih bertahan di offline akan pusing sendiri jika tidak beradaptasi dengan kondisi ini,” tegas Nugroho Agung Prasetyo, Head of Corporate Communication Division ANTV saat tampil sebagai narasumber di acara Parimaya 8th Class yang diadakan di Hotel Solaris Malang, Sabtu (29/9/2018).
Tetapi, lanjut Agung, maraknya penggunaan teknologi digital ini juga membawa efek buruk bagi banyak pelaku usaha, termasuk kalangan perhotelan dan industri kepariwisataan. “Karena sekarang orang bisa dengan mudah posting mengenai keadaan yang dia alami,” tandasnya.
Agung yang juga sempat menjadi PR di sebuah operator seluler ini lalu memberi contoh,”Tamu jika mengalami kamar sedikit berbau bisa langsung ketik ‘kamar bau, kecil nggak asyik’. Postingan yang ditaruh di travel online itu bisa memberi kesan buruk bagi calon tamu lainnya.”
Agung juga mengungkap pengalaman pribadinya setiap akan bepergian. “Ketika saya mau ke Malang, ditanya anak buah,’Mas Agung mau inap dimana?’ Pokoknya saya nggak mau hotel yang seram karena saya takut kalau bisa yang enak buat istirahat,” ujar Agung mengutip dialognya dengan staf yang akan memesan tempat inap buatnya.
Agung menekankan,”Yang tim saya cari adalah gambar di website hotel itu plus testimony.”
Peraih predikat The Best of Marketing PR Program of The Year 2017 for ‘ANTV #Tier1’ Campaign – Indonesia Public Relations of The Year 2017 (Majalah MIX) ini juga memapar contoh lainnya. “Saya kemarin lihat di YouTube ada orang marah-marah di salah satu hotel di Bali gara-gara dia tidak boleh inap di hotel itu.”
Setelah ditelusuri, ternyata dia bawa orang banyak, tapi mintanya satu kamar lalu ngomel-ngomel dalam tayangan video itu. “Saya lalu lihat komentar-komentar yang muncul di bawahnya. Ya nginap dimana pun nggak bisa lah ramai-ramai begitu dalam satu kamar kan,” celetuknya.
Menurut Agung, inilah sisi menariknya pemanfaatan teknologi digital. “Orang bisa mudah bicara apa saja. Dan ini jelas berbahaya jika tidak ada selfcontrol. Tapi ketika video atau komentar negatif itu diposting di awal pasti berdampak (negatif),” katanya.
Menyikapi kondisi tersebut, Agung berharap agar kalangan pelaku dunia wisata kompak untuk memberi postingan positif. “Jadi yang muncul tidak hanya dari sisi negatifnya,” begitu Agung menambahkan.
Agung mengingatkan agar tidak menempatkan pressure group sebagai pihak yang berseberangan atau oposan. “Yang baik adalah datangi dan ajak diskusi. Jangan malah menutup komunikasi,” ucapnya memberi saran.
Dalam kesempatan itu Agung juga menekankan pentingnya kalangan pelaku industri wisata menghargai keberadaan media. “Media itu penting untuk masa depan. Kerjasama dengan media sebagai bagian untuk membangun relasi itu sendiri,” pungkasnya. dit