
Gloria Ully

Gloria Ully
iniSURABAYA – Terinspirasi tulisan berjudul ‘Dunia Tanpa Nyawa’, Gloria Ully terusik untuk mengeksplorasi kemampuannya membidik aneka mainan di ruang memori kameranya. Fauzi Helmy dalam tulisan tersebut menyatakan, meski hanya dalam bentuk mainan, mainan (toy) bisa menjadi lakon utama dalam mewakili imajinasi dan inspirasi polos anak-anak yang mengalir apa adanya tanpa batas.
Maka sejak sekitar setahun silam, perempuan yang sekarang mukim di Malang ini mengalihkan perhatiannya yang semula lebih banyak merekam aksi para model ke objek mainan. “Memotret mainan ini punya tantangan yang lebih besar,” cetusnya kepada iniSurabaya.com, Jumat (5/10/2018).
Ibu dua anak ini mengaku dirinya suka bercerita tentang kehidupan lewat karya fotonya. “Saya suka pada hal-hal yang bertema human interest,” imbuhnya.
Karena itu, membidik toy lewat kamera punya tantangan besar agar bisa ‘menghidupkan’ karakter boneka tersebut. “Upaya yang paling berat adalah bagaimana membuat mainan ini bisa ‘bercerita’,” ungkap wanita yang lebih dikenal dengan sapaan ‘Glo’ ini.
Wanita kelahiran Madiun, 15 Desember 1975 ini menambahkan bahwa dia mulai menggeluti dunia fotografi sejak tahun 2015. Tetapi, Glo menegaskan keterlibatannya di dunia fotografi waktu itu masih belum terlalu serius.
“Aku belajar fotografi ini otodidak,” kata Glo yang Sarjana Ekonomi dari UPN Surabaya.
Sekitar setahun silam ketertarikannya pada dunia fotografi kian besar. Glo selalu tertarik untuk selalu mencari tantangan baru lewat beragam mainan yang dibidiknya.
“Karena dua anak saya cewek, mereka nggak suka boneka superhero macam Hulk dan sejenisnya. Jadi saya mesti kemana-mana mengantongi boneka karakter superhero ini, terutama ketika mau motret bareng teman-teman,” ungkap Glo yang kini aktif bersama komunitas Fantastic Toys Art.
Motret bagi Glo tak semata mengabadikan momen atau objek, melainkan juga mengekspresikan perasaan. “Kalau sekadar iseng, saya lebih baik nggak motret. Saya justru antusias motret ketika sedang sedih, marah, kecewa, atau untuk mengekspresikan kesendirian,” bebernya.
Hasilnya, lanjut Glo, karya yang dibikin ketika dirinya sedang emosional itu jauh lebih ‘hidup’. “Saya seakan larut lewat karakter mainan itu,” imbuhnya. dit