
iniSURABAYA – Reuni, bagi para alumnus SMA Negeri 5 Surabaya angkatan 1993 tak sebatas melepas kangen. Apalagi setelah mereka terpisah dan tak pernah bersua selama 25 tahun.
Kebersamaan kembali di almamater ini mereka manfaatkan dengan menggelar serangkaian kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya, tak hanya bagi mantan guru mereka, tetapi juga murid-murid yang sekarang masih menimba ilmu di sekolah mereka tersebut.
Rangkaian kegiatan itu di antaranya adalah pemeriksaan kesehatan gratis yang digelar selama dua minggu berturut-turut (7/11/2018 dan 14/11/2018). Para guru memperoleh kesempatan periksa darah lengkap, GDA, asam urat, kolesterol, trigliserida, papsmear, dan pemeriksaan massa tulang (BMD).
Selain itu, lanjut Sonny, juga ada seminar kesehatan yang melibatkan dokter-dokter umum maupun spesialis yang merupakan alumnus angkatan 93 SMA Negeri 5 Surabaya. “Di angkatan kami, lulusan yang jadi dokter itu paling banyak (dibanding angkatan lainnya). Ada 40-50 dokter,” kata Liem Sonny Hindarto ST, Ketua Reuni Perak SMA Negeri 5 Surabaya (Smalabaya), Sabtu (10/11/2018).
Rangkaian reuni terus berlanjut dengan kegiatan lain, seperti olahraga berupa pertandingan basket persahabatan dan senam aerobik bersama pada Jumat (9/11/ 2018). Di puncak acara reuni, digelar Malam Gathering yang menyajikan aneka hiburan, Sabtu (10/11/2018).
Ragam acara yang disajikan antara lain berupa penampilan tari-tarian dari Smala Dance Crew, paduan suara Gita Smala yang sudah meraih prestasi nasional dan internasional, Smala Band, band alumni reborn seperti Phisixtwo, Green Tea Band dan DJ Performance.
Juga ada Lomba Memorabilia antar kelas yang bertajuk ‘Kelaskoe Doloe’. “Lomba ini cukup unik karena antarkelas menampilkan barang-barang langka dan bersejarah eks peninggalan alumnus sejak tahun 1993 yang masih ada hingga saat ini,” ungkap Sarjana Arsitektur dari ITS Surabaya ini.
Ditemui iniSurabaya.com di tengah cara Malam Gathering, Sonny menyatakan pula bahwa alumni angkatan 1993 ini juga memberi kontribusi dalam bentuk sarana dan prasarana ke SMAN 5 Surabaya dalam bentuk 150 kursi. “Kami pun memberi bantuan alat musik untuk ekstra kulikuler dan 10 beasiswa,” urainya.
Menurut Sonny, bantuan yang mereka berikan ke almamater itu merupakan hal yang wajar. “Sekolah ini rumah kedua bagi kami. Dulu kami berada di sekolah ini dari pagi hingga siang. Kami habiskan masa remaja di sekolah ini,” tegasnya. dit