
iniSURABAYA – Meski sudah malang melintang di dunia hiburan, trio pelawak Tarzan, Tessy, dan Polo ternyata punya kekhawatiran yang sama. Sebagai komedian, mantan anggota kelompok lawak Srimulat ini merasa kurang nyaman ketika diundang di acara reuni.
“Jujur, memang paling sedih jika tampil di acara reuni,” kata Polo yang diamini kedua rekannya, Sabtu (10/11/2018).
Ditemui sesaat sebelum pentas di malam Gathering Reuni Perak di lapangan SMA Negeri 5 Surabaya, Polo menambahkan,”Karena yang datang kan sama-sama lama nggak saling ketemu. Pas bisa ketemu mereka langsung asyik ngobrol melepas kangen,” ungkapnya.
Menurut Tessy, undangan yang datang juga akan melepas kangen mereka saat ketemu dengan para guru. “Jadi mereka lebih asyik ketemu teman lama dan guru ketimbang nonton pertunjukan,” imbuhnya.
Selain acara reuni, pelawak kawakan ini juga merasakan kekhawatiran yang sama ketika mendapat undangan untuk menghibur di acara pernikahan pengantin Tionghoa.
“Bayangkan, mejanya kan nggak hadap ke panggung. Begitu mau ngobrol makanan datang bergantian nggak ada habisnya,” tegas Tarzan sambil tertawa.
Kondisi berbeda, lanjut Tarzan, ketika mereka tampil di acara kalangan militer. “Asal komandannya, jenderalnya masih di depan pasti nggak berani sibuk sendiri,” urainya.
Meski begitu, baik Tarzan, Polo, maupun Tessy menyatakan mereka bakal berusaha keras untuk bisa interaktif dan komunikatif dengan undangan.
“Kuncinya, kalau dua menit ‘dapat’ (bisa menarik perhatian undangan), selanjutnya biasanya lancar. Tapi kalau dua tiga menit nggak lucu belakangannya celaka,” tandas Tessy.
Ketiga pelawak asal Surabaya ini juga menyatakan rasa senangnya masih banyak pihak yang mengundang mereka meski sudah tidak lagi membawa ‘bendera’ Srimulat. Mereka kini tidak bisa sembarangan pakai nama Srimulat.
“Seperti nama perusahaan harus ijin dulu (jika pakai nama Srimulat). Nggak bisa sembarangan pakai,” ucap Tessy.
Ditekankan Tessy, Tarzan, maupun Polo, kalau mereka masih menggunakan nama Srimulat saat pentas, berarti masih ‘menjual’ nama Srimulat. “Sekarang yang dijual ya nama masing-masing, Tarzan, Tessy, Polo,” kata Tarzan.
Saat tampil menghibur di panggung, tak jarang Kadir ikut gabung bersama mereka. “Itu tergantung permintaan yang punya acara,” ujar Tarzan.
Kegiatan Reuni Perak Alumni SMAN 5 Surabaya Angkatan 1993 ini sudah dimulai sejak bulan Oktober 2018 dalam bentuk charity bertajuk ‘Bhaktiku untuk Guru’. “Kami juga berkesempatan memberikan tali asih bagi sekolah berupa bantuan sarana sekolah berupa pengadaan kursi untuk ruang aula,” kata Liem Sonny Hindarto ST, Ketua Reuni Perak SMA Negeri 5 Surabaya (Smalabaya).
Bantuan yang dikumpulkan dari para alumnus angkatan 1993 itu ditekankan Sonny sebagai bentuk cinta kasih pada almamater mereka. Selain itu ada pula dukungan beasiswa bagi murid SMAN 5 Surabaya yang dinilai berprestasi namun memiliki keterbatasan kemampuan secara ekonomi.
“Bantuan ini diharapkan memberikan semangat pada mereka untuk tetap terus berprestasi mengharumkan nama almamater SMA Negeri 5 Surabaya,” tuturnya. dit