
iniSURABAYA – Awal tahun 2019 ditandai dengan hadirnya karya-karya para seniman anggota Komunitas Perupa Jawa Timur (Koperjati). Sebanyak 96 lukisan karya 48 seniman ini dipajang di Koperjati Art Space Surabaya mulai Minggu (20/1/2019) hingga 3 Februari mendatang.
Para pelukis yang turut menyemarakkan pameran kali ini berasal dari berbagai kota, diantaranya Surabaya, Sidoarjo, Malang, Lumajang, Probolinggo,Bondowoso, Jombang, Nganjuk, Kediri, Tulungagung, Lamongan ,Bojonegoro dan Tuban.
“Menjemput rejeki di awal 2019,” begitu celetuk Muit Arsa, Ketua Umum Koperjati dengan nada canda.
Faktanya, aksi para seniman ini tak
semata ‘menjemput rejeki’. Lewat karya lukisnya, mereka berupaya mengingatkan
generasi muda terhadap warisan budaya yang belakangan makin terpinggirkan.
Wajar bila objek yang dibidik para pelukis ini sebagian besar berwujud kesenian tradisional, macam wayang, reog, serta beragam seni budaya dari berbagai daerah di Tanah Air.
Juga ada pelukis yang menghadirkan tradisi tumpengan yang makin ditinggalkan lantaran tergusur ritual-ritual yang mengadopsi budaya Barat.
“Semoga yang kami kerjakan ini dapat menginspirasi dan menjadi motivasi bagi masyarakat luas untuk melakukan hal yang sama sesuai kapasitasnya,” begitu harap Muit Arsa.
Yang menarik, para seniman ini tak
hanya mengerjakan karyanya di atas media kanvas. Komariono, misalnya,
menghadirkan kreasi yang digarap di atas media keramik.
Pelukis asal Nganjuk ini menggunakan
mix media untuk mengekspresikan gagasannya. Contohnya, pada karya berjudul ‘Warok’,
Komariono menggunakan cat pilox warna cokelat yang kemudian dia tarik
garis-garis sehingga membentuk sosok wajah.
Upaya para seniman Koperjati ini diakui Muit Arsa, tak sebatas gerakan lokal di Surabaya. “Pameran ini menjadi awal dari gerakan kami selanjutnya yang sedianya akan berlangsung di Jakarta dan Amerika,” ungkapnya. dit