
iniSURABAYA – Cinta bisa diungkap dalam beragam versi. Cinta juga tak cuma ungkapan kasih sayang antar-pasangan.
Cinta menurut pasangan suami istri Made Arya Dwita Dedok dan Grace Tjondronimpuno bisa bisa bermakna lebih luas, misalnya cinta kepada negeri. Cinta versi Dedok dan Grace yang sama-sama perupa ini adalah kemampuan memaknai perbedaan.
Seperti perbedaan yang ada dalam diri mereka, Dedok yang seniman asal Bali, sedang Grace, wanita keturunan China. Ungkapan cinta pada lingkup yang lebih luas itu tidak diekspresikan lewat retorika. Melainkan menghadirkannya dalam bentuk karya seni.
Itulah yang coba mereka
suguhkan lewat pameran dalam bentuk karya 2 dimensi dan 3 dimensi. Pameran bertajuk
‘Love Talk’ yang memajang 35 kreasi Dedok dan Grace ini digeber di Galeri
Paviliun House of Sampoerna Surabaya mulai Sabtu (15/2/2019) hingga 9 Maret
2019.
“Yang terpajang di pameran ini memang cenderung pengalaman pribadi. Saya ingat saat zaman masih kecil suka dikata-katain ‘China-China’,” begitu Grace mengenang masa kecilnya.
Tetapi, saat menginjak SMP, ketika merantau ke Yogyakarta, beda pula sikap yang dia terima dari lingkungan. “Waktu itu ketemu teman yang lebih luas, ternyata dunia nggak sempit, di lingkungan asrama macam-macam berbagai suku hidup rukun tanpa saling hina,” tuturnya.
Bahkan saat masuk SMA Negeri dengan
lingkungan pertemanan yang mayoritas muslim, Grace mengaku makin nyaman. “Nggak
ada bullying lagi. Sampai saya di UISI, dan saya ke luar negeri saya sudah
merasa tidak berbeda,” paparnya.
Dari perjalanan hidup itu pula, Grace menyadari bahwa hakikat manusia sebetulnya sama. “Yang diinginkan setiap manusia adalah sama, hidup damai,” ungkapnya.
Dan untuk hidup damai, lanjutnya, manusia harus saling memahami, bisa bertoleransi satu sama lain. Ditekankan oleh Grace, ibarat mengendarai sebuah kapal, manusia sedang mengayuhnya ke arah yang sama, hidup damai.
Ibu dua anak ini lalu menunjuk karyanya yang diberi judul ‘Mencari Cinta di Laut yang Sama’. Karya tiga dimensi itu berupa sebuah perahu sampan yang dinaiki oleh beberapa penumpang, lengkap dengan pakaian adat masing-masing. Ada suku Jawa, Dayak, Bali, dan beberapa suku lainnya.
Di momen Hari Kasih Sayang ini, Grace mengajak masyarakat gencar membicarakan masalah ‘cinta’, yaitu cinta pada sesama.
“Kita harus makin memahami bahwa kita berbeda, tetapi sama-sama bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, agama, ras dan budaya. Menyadari hakikat Bhinneka Tunggal Ika, sebenarnya kita bisa rukun kalau mau, dengan rasa cinta,” katanya.
Dalam karyanya yang lain, Grace menggambarkan puluhan orang sedang menarik kata ‘Indonesia’ secara bersamaan di atas latar bertuliskan ‘merdeka tetap merdeka’.
“Ibarat mendirikan kata Indonesia, sudah sepatutnya kita mewujudkannya dengan gotong-royong,” imbuhnya. dit