
iniSURABAYA – Saat pasangan suami istri bicara cinta, yang mereka lontarkan tak semata kekaguman pada pasangan. Setidaknya, Made Arya Dwita Dedok dan Grace Tjondronimpuno mengekspresikannya lewat pameran bersama bertajuk ‘Love Talk’.
Melalui pameran lukis yang digelar di Galeri Paviliun House of Sampoerna tersebut, Dedok dan Grace mencoba menyebarkan energi cinta. ‘LoveTalk’ diterjemahkan sebagai proses harmonisasi cinta yang dinamis sebagai upaya menjaga semangat kreativitas dan apresiasi dalam berkarya.
Karakteristik Dedok dan Grace dalam memainkan garis dan warna mampu menghadirkan karya yang variatif, namun tetap senada. Cerita cinta yang bersumber dari pengalaman pribadi keduanya dituangkan ke dalam 35 karya baik 2 maupun 3 dimensi.
Pelajaran berharga yang dialami dalam mengatasi dan merespons persoalan hubungan manusia dengan sesama, dengan alam, dan Tuhan baik yang berdampak pada hal-hal materiel hingga spiritual.
Lika-liku hidup digambarkan dengan teknik kartunal yang dipengaruhi oleh budaya kedua perupa yang berbeda, budaya peranakan dan Bali.
Penggambaran tersebut dapat dilihat pada karya Dedok yang berjudul ‘We’re Together
and Harmony’. Imajinasi Dedok dituangkan dalam bentuk lukisan
berwujud dua manusia berkepala pohon.
Selaras dengan Dedok, ketertarikan Grace pada relasi ikatan cinta yang lebih universal diwujudkannya dalam karya berjudul ‘Living Live in Peace;. Karya ini dilukiskan oleh Grace dalam visual manusia dari berbagai ras dan budaya.
“Pergelaran karya ini diharapkan mampu meletakkan
kembali dasar filsafat cinta tanpa batas subjek-objek dan ruang waktu.
Perbedaan itu indah, kesatuan dan perdamaian itu membutuhkan perbedaan yang
menjadikannya harmoni,”
tegas Dedok.
Dan pada akhirnya, lanjut Dedok, cinta tidak sekedar retorika yang indah untuk dilisankan, untuk menenangkan dan menyenangkan orang lain. Cinta harus bisa membuka kesadaran mengenai hakekat cinta itu sendiri, dan manifestasinya,” tandasnya.
Dalam salah satu karyanya, Dedok mengekspresikan cinta yang tak terlepas dari budaya asalnya, Bali. Pada salah satu lukisan berjudul ‘Romance’, Dedok menggambarkan dua barong, yaitu barong dari Tiongkok dan dari Bali.
Lukisan itu adalah gambaran dirinya yang beristri Grace yang keturunan Tionghoa. Perbedaan budaya dan latarbelakang, ternyata malah membuat mereka saling mencintai.
“Perbedaan itu pasti, tapi kami tidak mempermasalahkannya. Kami punya keinginan yang lebih yaitu hidup bersama dalam damai, jadi kami saling mengerti,” urainya. dit