iniSURABAYA.com – “Hingga dewasa saya tak pernah tahu saya ini sebenarnya anak siapa.
Sejak lahir saya diasuh dan dibesarkan Ibu tanpa kehadiran seorang ayah
Ibu pernah mengaku bahwa dulu ia memang suka kencan dengan para lelaki, tapi tak bisa memastikan benih lelaki mana yang tercetak di rahimnya, kemudian terbit menjadi saya……”
Puisi berjudul ‘Anak Seorang Perempuan’ ciptaan Joko Pinurbo pada tahun 2002 ini sempat menghentak dan bikin atmosfer di lantai 5 Hotel Fairfield by Marriott Surabaya, Kamis (21/3/2019) hening.
Ayu Mustika dari komunitas Kota Jancuk yang membacakan puisi tersebut sangat menghayati kata demi kata yang dia ucapkan sehingga menghanyutkan suasana. Begitu ‘Anak Seorang Perempuan’ tuntas dia baca, aplaus kontan menggema di area terbuka dekat kolam renang tersebut.
Tak hanya Ayu. Puluhan perempuan yang hadir di acara ‘Ghibah Puisi’ itu satu persatu unjuk keberanian baca puisi yang mereka pilih untuk disajikan dalam acara yang diselenggaraan dalam rangka Hari Puisi se-Dunia tersebut.
Narendrari Asrining Edhi misalnya. Mahasiswi semester 8 Jurusan Bahasa Jerman FPBS Universitas Negeri Surabaya ini membawakan puisi berjudul ‘Prometheus’.
Sesuai pendidikan yang sedang dia geluti, Naren –begitu dia akrab disapa, membawakan puisi dalam bahasa Jerman itu dengan sepenuh hati. Puisi karya Johann Wolfgang von Goethe ini, menurut Naren, tentang pemberontakan masyarakat Jerman yang terjadi di era 1777.
“Puisi itu diciptakan di masa kejayaan sastra Jerman. Dan puisi ini menggambarkan gejolak masyarakat ketika itu,” ungkap Naren kepada iniSurabaya.com.
Selain untuk merayakan Hari Puisi se-Dunia, ‘Ghibah Puisi’ juga diselenggarakan dalam rangkaian International Women Day. Tak heran bila yang tampil membacakan puisi malam itu mayoritas wanita.
“Acara ini juga untuk memberikan ruang kepada teman-teman komunitas di Surabaya dalam berekspresi dan berkarya,” kata Kus Andi, Marcomm Manager Hotel Fairfield by Marriott Surabaya. dit