
iniSURABAYA.com – Air cucuran atap, jatuhnya ke pelimbahan juga. Peribahasa itu rasanya tepat untuk menggambarkan perjalanan hidup Harris Rizki.
Terlahir dari ibu yang seorang guru, pria yang akrab disapa Kak Harris itu sekarang punya minat besar untuk menggeluti dunia pendidikan. Sempat mengajar di sekolah kreatif, bungsu dari dua bersaudara itu kini total menjalani profesi sebagai pendongeng yang punya jam terbang cukup tinggi.
“Saya sudah suka pada aktivitas pendongeng
ini ketika masih kuliah,” tutur Kak Harris kepada iniSurabaya.com, Minggu
(9/6/2019).
Alumnus Universitas Negeri Surabaya Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS ini menyatakan,”Sekitar tahun 2003, saya sempat belajar mendongeng pada saudara secara amatiran. Dan saat gabung di sekolah kreatif saya ketemu pakarnya mendongeng, sehingga ilmu saya makin tambah.”
Ketika itu, Kak Harris sering mendampingi Pak Kumis –pendiri yayasan sekolah kreatif— saat menjalani aktivitas sebagai pendongeng. “Awalnya saya ikut beliau ketika mendongeng, bantu bawa tas kopernya,” begitu kisahnya.
Suatu saat, Kak Harris diminta oleh Pak Kumis untuk mencoba tampil sebagai pendongeng. “Semula saya nggak berani. Tetapi karena selalu didorong, akhirnya saya beranikan diri mencoba dan keterusan sampai sekarang,” ungkapnya.
Saat tampil mendongeng, Kak Harris tidak sendirian. Dia didampingi boneka lucu yang diberi nama Ayis. “Anak kecil kan suka pelat (cadel), panggil ‘Harris’ jadi ‘Ayis’. Karena itu boneka itu saya beri nama Ayis,” urainya.
Kak Harris tak menepis hadirnya boneka Ayis
terinspirasi oleh boneka Suzan yang sering menemani Ria Enes saat masih aktif
juga sebagai artis. “Anak-anak kan akrab dengan boneka. Maka biar pesan yang
saya sampaikan mengena dan mudah diterima anak-anak, maka perlu ada boneka
sebagai mediumnya,” tandas Kak Harris.
Berkat ketrampilan mendongeng itu pula, Kak Harris sering diundang untuk mengisi beragam acara, khususnya yang berkaitan dengan anak-anak. Selain di Surabaya, Kak Harris juga sempat mengisi acara di Bala Sarbini, Jakarta. Juga di kawasan Jabodetabek, dan Yogyakarta.
Ketika disinggung mengenai tantangan yang dihadapi selama menjadi ‘story teller’, Kak Harris menandaskan,”Setiap pekerjaan harus dijalani secara profesional. Dan untuk menjadi story teller yang baik, ya otomatis harus paham betul dunia anak-anak.”
Pria kelahiran Surabaya, 18 Maret 1983 ini menekankan bahwa dirinya sudah belajar banyak hal terkait tingkah laku anak. “Anak-anak punya dunia sendiri yang berbeda dengan dunia orang dewasa. Saya mencoba mengikuti dunia mereka. Kalau mau masuk ke dunia anak, harus memposisikan diri seperti anak-anak,” ujarnya. dit