Cerita Anak Indonesia Kurang Disukai? Ternyata Ini Penyebabnya

Philippe Werck (Founder Clavis Books Belgium), dan Ratna Kusuma Halim (pengarang dan ilustrator buku ‘Bunga Penyihir Cilik’) hadir dalam acara Workshop Penulisan Buku Anak dan Pitching di Localist Cafe Surabaya, Kamis (19/9/2019).

iniSURABAYA.com – Punya bakat menulis cerita anak? Atau punya ketrampilan menggambar? Clavis Publishing, penerbit buku yang berkantor pusat di Belgia memberi kesempatan menerbitkan karya para penulis maupun illustrator Indonesia hingga sampai ke para pembaca di seluruh penjuru dunia.

Syaratnya, karya tersebut tentu harus sesuai standar yang sudah digariskan oleh Clavis Publishing. “Silakan bikin cerita yang dibuat dari sudut pandang anak, dan bukan (sudut pandang) orangtua,” tegas Winda Susilo, Publisher Clavis Indonesia kepada iniSurabaya.com.

Ditemui di tengah acara Workshop Penulisan Buku Anak dan Pitching di Localist Cafe Surabaya, Kamis (19/9/2019), Winda menegaskan, selama ini yang sering muncul adalah cerita dari sudut pandang orangtua. “Padahal bikin buku cerita ini untuk anak,” tandasnya.

Agar sebuah cerita mudah dipahami, Winda meluangkan waktunya untuk berbagi tips. “Saat menulis cerita, bikin satu karakter yang kuat, ada masalah, dan juga solusi,” paparnya.

Menurut Winda, jika dalam sebuah cerita ada lebih dari satu karakter anak akan pusing memahaminya. “Tokoh utamanya siapa sih?,” begitu cetusnya.

Hal kedua yang tak kalah penting adalah hadirnya ‘masalah’. “Misal suka berbohong, atau suka ngompol. Masalah inilah yang kemudian dibuatkan cerita hingga punya solusi,” urainya.

Winda lalu memberi contoh lainnya. “Misal juga anak belajar naik sepeda, tetapi sering terjatuh, masuk selokan. Tetapi dia tak patah semangat sampai kemudian berhasil,” imbuhnya.

Winda menekankan, pengalaman si anak tersebut bisa jadi cerita dengan pesan moral ‘jangan pantang menyerah’. “Cerita dengan pesan moral yang diambil dari pengalaman itu bisa menarik perhatian, karena tidak terkesan menggurui,” tandasnya.

Intinya adalah, lanjut Winda, bagaimana membuat cerita agar anak tahu bahwa berbohong tidak baik setelah melalui pengalaman. Dan cerita itu dibuat dari sudut pandang anak.

Winda mengingatkan pula bahwa saat menulis cerita sebaiknya mengangkat tema yang universal. “Ini perlu agar pesannya mudah diterima semua kalangan, bahkan oleh pembaca di luar negeri,” katanya.

Workshop and Pitching Penulis Buku Anak bertajuk ‘Journey to Publication Making Picture Book’ itu menghadirkan tiga narasumber. Selain Winda Susilo, juga ada Philippe Werck (Founder Clavis Books Belgium), dan Ratna Kusuma Halim (pengarang dan ilustrator buku ‘Bunga Penyihir Cilik’). dit 

Pos terkait