‘Gundala’, Dua Jam Saksikan Superhero Indonesia Tanpa Greget! ‘Joko Anwar Terlalu Sibuk Memoles Adegan’ (3)

0
1745

Catatan Redaksi : Film ‘Gundala’ mendapat sambutan luar biasa hangat masyarakat Tanah Air. Ini jika dilihat dari capaian lebih dari 1 juta penonton dalam waktu 10 hari penayangan.

Tetapi pengamat film nasional, Ahmad Romawi Yunani punya pendapat berbeda soal film bergenre superhero. ‘Ini film yang digarap buru-buru’. Berikut tulisannya.

iniSURABAYA.com – Seperti layaknya sebuah film asal-usul (origin story) superhero, film ‘Gundala’ ini juga dibagi menjadi dua setting waktu, Gundala/Sancaka di masa lalu dan masa sekarang. 

Masa lalu juga ada dua cerita, yang pertama menceritakan Sancaka kecil (Muzakki Ramadhan), dan keluarganya hingga ketemu Awang (Fariz Fajar) yang diceritakan di awal film.

Dan 2-3 kali sekilas ingatan (flashback) Sancaka yang tak begitu penting di pertengahan film. Sedang yang kedua menceritakan Pengkor Kecil (tak tahu namanya siapa), masa kecil Villain utama dari Gundala di film ini yang versi dewasanya diperankan oleh aktor Malaysia Bront Palarae.

Baca Juga : https://inisurabaya.com/2019/09/gundala-penantian-panjang-sebuah-film-superhero-yang-dijawab-dengan-buru-buru-oleh-joko-anwar-1/

Saya rasa dari kesemua aktor antagonis di sini, yang bermain bagus cuma Bront Palarae. Yang lainnya begitu kaku dan teaterikal. 

Untuk bagian kedua film ini, masa sekarang, menceritakan Sancaka dewasa yang perlahan bertransformasi menjadi patriot Gundala mengalahkan kejahatan hingga film selesai. Dan semua itu ditampilkan dengan terburu-buru oleh Jokan. Tanpa ada kedalaman karakter dan cerita.

Sancaka kecil terlewat begitu saja tanpa serba tahu apa-apa. Penonton diajak untuk selalu bertanya-tanya kenapa begini dan kenapa begitu. Boleh-boleh saja jika itu sebagai bagian dari permainan skenario. Dan bukan dari bagian sebuah kemalasan menulis naskah tentunya. 

Baca Juga : https://inisurabaya.com/2019/09/joko-anwar-digelontor-rp-30-m-untuk-apa-budget-sebesar-itu-hanya-untuk-gundala-atau-buat-hadirkan-superhero-lain-2/

Film ini memiliki durasi waktu 123 menit, beda empat menit lebih banyak dibandingkan versi penayangan di Toronto Festival. Sebagaimana diketahui, ‘Gundala’ masuk nominasi Toronto International Film Festival 2019, (TIFF), dalam seksi program Midnight Madness.

Meski bukan masuk program film utama, tetapi Jokan sedikit berbangga ‘Gundala’-nya melawan film karya Takashi Miike dan Richard Stanley.

Dua jam sebenarnya durasi di atas standard film-film origin story superhero lainnya. ‘Deadpool’ (2016) saja hanya 108 menit, mungkin sedikit setara dengan ‘Spiderman’ (2002) 121 menit.

Durasi tersebut sepertinya tidak dimanfaatkan oleh Jokan untuk fokus mendalami karakter Sancaka dengan baik. Jokan terlalu sibuk memoles adegan agar terlihat keren. 

Justru saat adegan itu harus terlihat keren dan sakral malah berlalu begitu saja. Kemunculan Gundala dengan kostumnya pertama kali tidak dibuat dramatis sama sekali. Tidak ada adegan mengharukan seperti kemunculan pahlawan Avenger dalam perang terakhir melawan Thanos di ‘Endgame’ (2019).

Atau saat Tony Stark dengan kerennya pertama kali memakai lengkap baju Iron Man (Iron Man, 2008). Atau ketika Wonder Woman muncul pertama kali di ‘Batman vs Superman’.

Bahkan kemunculan salah satu superhero di penghujung film ‘Gundala’ begitu biasa saja. Sama sekali tidak ada gregetnya. (bersambung)

Comments are closed.