Ada ‘Iwak Djoged’ di Paviljoen Koffie Huis & Restoran, Mau Coba?

Suasana Paviljoen Koffie Huis & Restoran bikin pengunjung nyaman karena arsitektur yang unik. Banyak barang kuno berada di restoran di Jl Dinoyo 130 Surabaya tersebut. Menu yang disajikan pun diracik dari resep keluarga yang turun temurun.

iniSURABAYA.com – Penggemar kuliner Surabaya makin banyak punya pilihan tempat nongkrong dan sekaligus menikmati menu makanan yang punya cita rasa khas.

Salah satunya yang unik adalah sajian ‘Iwak Djoged’. Yang dimaksud tentu bukan jenis ikan yang bisa menari.

Bacaan Lainnya

Menu favorit di Paviljoen Koffie Huis & Restoran ini wujudnya berupa ikan lele yang di-fillet yang kemudian digulung sebelum akhirnya digoreng tanpa tepung.

“Ada dua bumbu untuk ‘Iwak Djoged’ ini, bumbu Bali dan bumbu Kraton,” ungkap Philia Samodro, Manager Paviljoen Koffie Huis & Restoran.

Untuk bumbu Bali atau bumbu merah ini rasanya agak pedas. Sedang bumbu Kraton atau bumbu kuning berupa racikan santan dengan rasa tidak pedas.

Baca Juga : https://inisurabaya.com/2020/01/restoran-ini-sengaja-tak-pasang-wifi-agar-tamu-bisa-saling-ngobrol-dan-tidak-sibuk-main-gawai/

“Yang spesial, ‘Iwak Djoged’ ini tanpa duri dan rasa dagingnya lembut,” ujar Philia
Pilihan lain adalah ‘Bandeng Paviljoen’. Seperti ‘Iwak Djoged’, untuk ‘Bandeng Paviljoen’ ini bisa dinikmati dengan nyaman karena dagingnya yang tanpa duri dan diolah dengan cara dibakar.

Sajian anyar di resto dengan arsitektur kolonial ini adalah Ajam Goreng Njonjah. Menu makanan dengan bahan utama ayam kampung ini diracik menggunakan sembilan jenis rempah, seperti kunyit dan sereh.

Dalam penyajiannya, Ajam Goreng Njonjah ini ditambahi toping kremesan dan ditambah sambal bawang. “Menu yang menggunakan resep turun temurun di keluarga kami ini ternyata jadi favorit pengunjung,” tegas Philia.

Yang juga istimewa di Paviljoen Koffie Huis & Restoran adalah suguhan Djagoeng Paviljoen. Wujudnya berupa jagung rebus dengan cita rasa manis.

Yang unik adalah cara penyajiannya, lantaran jagung ini dipotong jadi empat bagian dan bagian tengahnya dihilangkan. “Djagoeng Paviljoen dengan toping kremesan ini rasanya segar lantaran kucuran jeruk,” beber Philia.  

Tak usah heran dengan penamaan aneka menu yang memakai kalimat kuno. “Biar selaras dengan suasana resto yang serba kolonial,” imbuh Philia.

Philia lalu memberi contoh lain, seperti Sajoer Asem, Tahoe/Tempe Penjet, Ajam Bakar, dan Goerami Goreng. Untuk menoe minoeman, ada Ijs Teh Serai, Ijs Teh Tawar, Ijs Tjintjao Cappuccino, dan Ijs Djeroek Manis.

“Yang favorit di sini adalah Bir Pletok yang dibuat dari bahan rempah-rempah,” ujar Philia. dit

Pos terkait