
iniSURABAYA.com – Mau santap makanan ‘rasa kolonial’? Resto di Jl Dinoyo 130 Surabaya ini bisa jadi pilihannya.
Sebab, Paviljoen Koffie Huis & Restoran bisa membawa pengunjung seakan masuk ke lorong waktu dan berada di tahun 1800an. Pengunjung akan menikmati suasana yang benar-benar djadoel. Bangunan kuno dengan tembok tebal dan kusen-kusen kayu jati dengan konstruksinya yang khas tetap terjaga.
Tak hanya itu, pernak-pernik yang
mengisin ruangan pun akan membawa pengunjung seperti berada di masa ratusan
tahun silam. Ada radio, mesin ketik, kipas angin, kamera semuanya dalam bentuk
yang tak lagi ada di masa digital sekarang.
Di ruangan belakang pengunjung juga bisa menemukan mesin jahit antik dan setrika arang. “Yang tak kalah unik kalau mau cuci tangan di wastafel, airnya dialirkan lewat pompa tangan,” ujar Kurniati, salah seorang pengunjung.
Warga Sidoarjo ini pun jadi antusias
untuk mengabadikan dekorasi unik tersebut lewat kamera di gawainya. Seperti
misal di salah satu dinding yang memajang peralatan dapur macam rantang, ceret,
dan nampan yang dibuat dari bahan seng.
“Sekarang sudah susah dapatkan barang-barang seperti ini,” celetuknya.
Menurut Philia Samodro, manager
Paviljoen Koffie Huis & Restoran suasana kuno di banguna tersebut sengaja
dipertahankan untuk memberi sensasi istimewa bagi pengunjung. “Anak milenial
kan tidak pernah mengetahui arsitektur seperti ini,” katanya.
Hal lain yang membedakan resto ini dengan tempat makan sejenis, pengunjung tak bisa mendapatkan fasilitas Wifi. “Memang sengaja tidak pasang (Wifi) agar pengunjung bisa benar-benar merasakan suasana djadoel,” tegasnya.
Philia menambahkan,”Kami ingin saat
berada di sini, pengunjung bisa ngobrol asyik dan tidak malah sibuk dengan
gawai masing-masing.”
Dan selama berada di Paviljoen Koffie Huis & Restoran, pengunjung bisa menikmati lagu-lagu lawas yang diantaranya dilantunkan penyanyi Iis Sugianto, Arie Koesmiran, dan penyanyi-penyanyi di era 1980an lainnya.
“Lagu Barat pun kami cari yang lama-lama. Di sini tamu tak akan mendengarkan lagu baru, semuanya serba djadoel,” imbuh Philia. dit