Kisah Nyata Cecillia Young: Positif Saat Rapid Test Belum Tentu Positif Terpapar Covid-19

0
1130
Dokter Cecillia Young

iniSURABAYA.com – Cecillia Young, dokter muda lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara menegaskan bahwa mereka yang saat menjalani rapid test dinyatakan positif belum tentu positif terpapar Covid-19.

Setelah menjalani rapid test, menurut Cecillia Young, pasien itu harus menjalani  pemeriksaan lanjutan, seperti swab tenggorokan. Jika hasil pemeriksaan swab tenggorokan negatif, pasien tersebut akan dikeluarkan (dari rumah sakit).

“Yang dilakukan rapid test itu hanya pasien dengan gejala. Kalau setelah tes positif, belum tentu itu positif. Karena rapid test itu hanya pada antibodi. Kalau antibodi itu muncul hasilnya 7-14 hari,” ungkapnya.

Baca Juga : https://inisurabaya.com/2020/04/hadapi-langsung-pasien-covid-19-begini-suka-duka-sang-violis-cecillia-young/

Cecillia Young sudah 2,5 bulan tidak bisa pulang ke rumah. Gadis yang selama ini dikenal sebagai violis ini harus bergabung menolong pasien terpapar Covid-19 bersama para tenaga medis lainnya di RSUD Balaraja, Provinsi Banten, tempatnya bertugas.

Berikut penuturan Cecillia selama merawat pasien Covid-19 sebagaimana dikutip dari tribunnews.com atas rekomendasi sang ayah, Yohannes kepada iniSurabaya.com.

Ketika disinggung mengenai reaksi negatif masyarakat berupa penolakan terhadap para tenaga medis yang meninggal, Cecillia melontarkan keheranannya. “Kenapa harus seperti itu?” celetuk Cecillia yang pada 11 Agustus mendatang baru menginjak 25 tahun.

Cecillia menegaskan bahwa sikap diskriminatif itu seharusnya tidak terjadi. “Menjadi tenaga medis adalah membantu orang lain ada Covid-19 ataupun tidak ada Covid-19,” imbuhnya.

Cecillia menduga, reaksi negatif masyarakat terhadap mereka yang terjangkit virus corona, termasuk di kalangan tenaga medis itu karena kasusnya yang terus meningkat di seluruh dunia.

“Jadi masyarakat takut. Efek panic attack,” tandasnya.  

‘Ada tidak proses dekontaminasi untuk tenaga medis yang menangani pasien Covid-19?’ Saat diajukan pertanyaan itu, Cecillia menyatakan,”Dekontaminasi itu bukan berarti kami disemprot-semprot disinfektan seperti itu.”

Perempuan yang juga piawai main piano ini mengungkapkan bahwa para tenaga medis di RS Balaraja mengenakan hazmat. Baik di tempat Covid maupun tidak semua tenaga medis disarankan pakai APD level dua, karena di Jabodetabek masuk zona merah.

“Jadi hazmat kami pasti kami letakkan di rumah sakit untuk dilakukan pembersihan, minimal banget menggunakan UV. Karena beberapa hazmat ini bisa reuse, jadi bisa dilakukan pembersihan,” tuturnya.

Cecillia juga memastikan bahwa para tenaga medis steril setelah menangani pasien positif Covid-19. “Karena kalau kami tidak seperti itu, ya pasti gawat. Kami kan mengerti kalau misalnya penularan Covid-19 ini melalui droplet yang bisa menempel di benda atau di udara,” katanya.

Cecillia menambahkan, biasanya sebelum pulang ke rumah mereka harus mandi dulu kalau di rumah sakit. “Jadi sebelum pulang dari rumah sakit kami harus memastikan kami sudah bersih,” cetusnya. dit

Comments are closed.