Inilah Keinginan Didi Kempot yang Tak Kesampaian, Kirana: Allah Punya Rencana Lain Buat Beliau

Didi Kempot

iniSURABAYA.com – Usia manusia memang selalu menjadi rahasia-Nya. Tak pernah ada satu pun manusia di dunia ini yang mampu menguaknya, secanggih apa pun ilmu yang dia miliki.

Kesan itu pula yang dirasakan Kirana Kejora, penulis novel best seller mengenai sosok sang ‘Godfather of Broken Heart’, Didi Kempot. “Allah punya rencana sangat indah. Dengan caranya mengambil kembali hamba-Nya. Tanpa duga. Tanpa tanda,” begitu tulis Kirana di akun Facebook-nya, Selasa (5/5/2020).

Bacaan Lainnya
Baca Juga : https://inisurabaya.com/2020/05/selamat-jalan-godfather-of-broken-heart/

Perempuan yang juga asal Ngawi ini punya kenangan khusus dan mendalam terkait sang maestro campursari ini. Berikut tulisan lengkap Kirana yang dikutip dari akun Facebooknya:

‘The Godfather of Broken Heart’

Bupati Ngawi: Mas Didi nanti untuk konser digitalnya berapa honornya?

Didi Kempot: Pak, tidak usah. Ini saatnya saya berbakti bagi negara. Kapan lagi? Besok siang Pak kita ketemu.

Itu percakapan Budi Soelistyono, Bupati Ngawi dengan Mas Didi Kempot semalam tentang rencana Konser Digital Didi Kempot untuk menghibur mereka yang tidak bisa mudik.

Dan siapa duga? Siang ini Pak Bupati bertemu Mas Didi terakhir kali di Mejasem, Kendal, Ngawi. Allah punya rencana sangat indah. Dengan caranya mengambil kembali hamba-Nya. Tanpa duga. Tanpa tanda.

Saat waktu kembali telah Dia kehendaki. Tak ada yang sanggup menghindari.

Mas Didi Kempot seorang Maestro Campur Sari yang sanggup menerobos masuk ke dunia generasi millenial karena lagu-lagunya yang sangat dekat. Ringan dibawakan. Mudah diterima. Nyanyian-nyanyian hati dalam bahasa Jawa yang dengan cepat bisa dihapalkan, adalah ciri khas karyanya.

Stasiun Balapan, Banyu Langit, Ninggali Tatu, Cidro hingga Cendol Dawet dan Pamer Bojo, lagu yang familiar di telinga penikmat musik. Dan masih banyak lagi lagu-lagunya yang bisa dinikmati mereka yang dulunya anti lagu campursari.

Saya hanya kenal lagu-lagunya. Dari jauh menikmati. Saya hanya kenal Mas Mamik Prakoso, Kakak Mas Didi Kempot. Kami akrab bukan karena sama-sana kampung halamannya -Ngawi- tapi juga karena Mas Mamik membintangi film dari novel saya, Air Mata Terakhir Bunda. Saya banyak mendapat ilmu hidup dari beliau saat menemaninya shooting di Sidoarjo. Ilmu padinya sama dengan ilmu yang dimiliki Mas Didi Kempot. Hangat dan selalu memberi.

Selamat jalan Maestro. Allah Maha Baik mengajak pulang panjenengan di tengah Bulan Suci Ramadan. Semoga Allah mengampuni semua kesalahan panjenengan dan husnul khotimah. Aamiin.

Baca Juga : https://inisurabaya.com/2020/05/meninggal-di-rs-kasih-ibu-solo-lord-didi-akan-dimakamkan-di-ngawi/

“Dan siapa sangka, mas Didi Kempot meninggal di usia yang sama dengan Mas Mamiek Prakoso, di usia 53,” ujarnya ketika dihubungi iniSurabaya.com lewat WhatsApp.

Novelis yang kini mukim di Jakarta ini mengaku pertemuan terakhirnya dengan Didi Kempot terjadi pada bulan Oktober 2019. “Waktu itu kami sama-sama mengisi acara Bekraf Festival 2019 di Solo,” begitu kenang Kirana.

Ibu dua anak ini melihat langsung pengaruh sosok Didi Kempot yang begitu besar dari hadirnya ‘Sobat Ambyar’ (sebutan buat penggemar Didi Kempot) sejak sore hari. Padahal musisi yang sudah mencipta ratusan lagu ini baru dijadwalkan tampil sekitar pukul 22.00.

“Saat itu aku baru paham bagaimana kebesaran beliau,” tuturnya.

Kirana merasa menyesal ketika itu tak sempat foto bareng pria kelahiran Surakarta, 31 Desember 1966 ini. “Yang antre buat foto banyak menunggu di hotel. aku sendiri nggak sampai selesai sudah balik, ngantuk. Nyesel juga kenapa waktu itu nggak sempatkan foto bareng,” imbuhnya. dit

Pos terkait