

iniSURABAYA.com – Punya keterbatasan dalam berkomunikasi dan beraktivitas karena tubuh tak sempurna tak berarti hidup tanpa makna. Naufal dan Jamaludin menepis anggapan itu lewat karya mereka yang dipajang di area lobi Hotel Mercure Surabaya Grand Mirama.
Jamaludin yang kehilangan pekerjaan gara-gara kecelakaan kerja di tahun 2008, kini malah bisa bangga karena karya lukisnya yang menggunakan bahan pelepah pisang dikenal hingga mancanegara.
Sedang Naufal yang kini masih menempuh pendidikan di Jurusan Seni Murni STKW Surabaya dikenal lewat karya lukis di beragam media, seperti kanvas dan tote bag.
Sejak kecil anak kedua dari empat bersaudara ini kehilangan pendengaran karena virus toksoplasma yang diderita ibundanya. “Sejauh ini dia tidak mengalami kendala dalam berkomunikasi, bahkan juga dengan teman-teman sekampusnya,” urai Mira, ibunda Naufal.
Menurut Mira, selain berkomunikasi lewat bahasa isyarat, Naufal juga dia ajarkan untuk memahami ucapan lewat gerakan bibir lawan bicara. “Tetapi jika tidak bisa mengikuti pembicaraan lawan bicara, dia akan minta disampaikan dalam bentuk tulisan di notes yang selalu dia bawa di tasnya,” beber Mira.
Lukisan Naufal termasuk karya yang dipajang di lobi Mercure Surabaya Grand Mirama bersama karya-karya penyandang disabilitas lainnya. Pameran karya yang berlangsung hingga Minggu (19/6/2022) itu digelar dalam rangka pekan Diversity & Inclusion yang digelar Accor di bulan Juni 2022 di seluruh dunia.