Parkinson Bukan Akhir, dr Fahmi: Kondisi Pasien Bisa Dimaksimalkan Agar Dapat Kembali Lakukan Aktivitas Normal

0
53

Dr dr Achmad Fahmi SpBS memapar gejala-gejala yang timbuh pada penderita parkinson.

iniSURABAYA.com – Ilmu kedokteran sejauh ini belum bisa mendeteksi penyebab parkinson. Menurut Dr dr Achmad Fahmi SpBS Subsp NF FINPS IFAANS, yang diketahui baru tahapan mekanismenya yaitu minimnya hormon dopamin di otak yang berujung gangguan pada syaraf motorik.

Dokter spesialis syaraf National Hospital ini memaparkan, hormon dopamin diperlukan untuk mengatur gerakan tubuh agar stabil dan bagus. “Pada penderita parkinson, dopamin ini kurang dari 100 persen. Misalnya hanya 75 persen,” ungkapnya kepada iniSurabaya.com.

Ditemui sesaat sebelum acara ‘10 Years Comprehensif Parkinson & Movement Disorders Service in Indonesia’ yang diadakan National Hospital Surabaya, Rabu (19/4/2023), dokter Fahmi menyatakan penderita parkinson rata-rata berusia di atas 60 tahun.

Dan ketika dinyatakan positif parkinson, maka sepanjang hidupnya pasien harus minum obat untuk mengurangi gejala-gejala yang ditimbulkan dan berakibat pada gangguan syaraf.

“Yang kami lakukan selama ini adalah edukasi, bahwa parkinson bukan akhir. Kondisinya bisa dimaksimalkan lagi sehingga kualitas hidup pasien jauh lebih baik dan pasien bisa lakukan aktivitas sehari-hari lebih semangat,” paparnya.

Untuk itu, lanjut dokter Fahmi, diperlukan dukungan keluarga sehingga pasien tumbuh semangatnya untuk menjalani hidup lebih baik ke depannya.

Dokter Fahmi menandaskan pula, Parkinson lebih banyak menyerang lelaki daripada perempuan. “Perbandingannya 1,2 pasien pria, 1 pasien wanita. Dan biasanya dengan pemberian obat saja sudah cukup. Hanya 25 persen yang memerlukan tindakan operasi,” imbuhnya.

Dia menekankan, obat-obatan maupun operasi yang dilakukan pada penderita parkinson

belum sampai tahapan menyembuhkan, tetapi meningkatkan kualitas hidup.

“Tremor bisa hilang, kekakuan banyak berkurang, jalan lebih bagus, dan bisa menulis lebih baik,” bebernya.

Sementara Ang Hoey Tiong, CEO National Hospital mengatakan, Parkinson & Movement Disorder merupakan salah satu layanan unggulan yang dimiliki National Hospital dalam memberikan pelayanan medis untuk penanganan parkinson dan gangguan gerak.

Tepat pada 16 April 2023, Parkinson & Movement Disorder Center telah memberikan pelayanan selama 10 Tahun di Indonesia. Dan, menjadikan satu-satunya layanan tindakan operasi Deep Brain Stimulation (DBS) dan Stereotaktik Brain Lesioning pertama dan terlama.

”Selama 10 tahun ini, kami melayani 11.202 kunjungan pasien di National Hospital. Dari angka itu, 234 pasien menjalani operasi stereotaktik brain lesion, 44 pasien operasi Deep Brain stimulation, dengan total tindakan untuk penggunaan alat stereotaktik sebanyak 305 tindakan operasi,” tuturnya. ap

Comments are closed.