Mantan Musisi Rock Jadi Ustad? Begini Pesannya Pada Para Rocker dan Metal Head

Musisi dan penggemar rock berbagai genre gabung di acara bagi takjil dan buka bersama di Jl Kranggan 86 Surabaya.

iniSURABAYA – Musik rock identik dengan sosok yang sangar, tubuh penuh tato, rambut panjang, dan sepatu booth. Bahkan di era 1990an banyak yang menuding konser musik rock juga selalu dekat dengan alkohol dan narkoba.

“Jaman sudah berubah. Kesan seperti itu harus diubah, meski tidak mudah,” celetuk Dodon, Ketua Surabaya Community Pahlawan.

Upaya untuk merubah image buruk musik rock itu pula, Surabaya Community bersama Rocklaw dan sejumlah komunitas lainnya kerap menggelar acara yang bernuansa kebersamaan dan religius.

“Contohnya saat sebelum Ramadan lalu kami adakan ziarah ke makam para musisi senior Surabaya,” tegas Dodon.

Dan di bulan Ramadan ini, lanjut pria bertubuh tambun ini, Surabaya Community bersama Rocklaw dan Kopi Rocker 86 mengadakan acara bagi-bagi takjil dan buka bersama.

Minggu (18/6) malam itu sedikitnya 500 orang musisi berbagai genre rock dan para bonek ini duduk lesehan hanya beralaskan tikar sambil menikmati menu sego krawu dan soto ayam.

Sebelum buka bersama, ratusan musisi dan para penggemar musik metal ini sempat pula mendengarkan tausyiah yang disampaikan oleh Abah Juki, mantan basis Andromeda Band yang belakangan fokus di kegiatan keagamaan.

Selain itu juga ada ustad Suyid, tokoh di Nuclear Assault Fans Club.

Sekitar 20 komunitas musisi dan metal head lesehan di atas alas seadanya yang mereka gelar untuk duduk sambil mendengarkan tausyiah.

Yang datang tak hanya dari Surabaya, ada pula yang dari luar kota, seperti Madiun Satu Arah, Malang Rock Legend, Mojokerto Black Konspirasi, Gresik Rocker, Sedayu Community, dan Krian Rock City.

“Pesan yang mereka sampaikan sangat mengena, sebab mereka tokoh yang selama ini berkaitan langsung dengan dunia musik metal ini. Musik yang identik dengan narkoba dan minuman keras,” tutur Edy, salah seorang fans fanatik musik rock underground.

Menurut Dodon, pihaknya sengaja mengundang dua tokoh tersebut agar berbagi pengalaman mereka. “Pengalaman sebagai musisi dan juga penggemar musik cadas yang sudah tobat,” katanya.

Saat memberi tausyiah, baik Abah Juki maupun ustad Suyid memang lebih banyak menekankan bahwa pertunjukan musik rock tetap bisa berlangsung tanpa harus minum minuman keras atau menghisap ganja.

Eksistensi dalam bermusik tak harus diekspresikan dengan minuman beralkohol ataupun narkoba.

“Pertemuan seperti ini tak hanya untuk silaturahmi, tetapi juga menjaga kebersamaan dengan saling berbagi,” kata Dodon. –sum

Pos terkait