
Dokter Ananto Sidohutomo MARS (tengah) didampingi Irie Suhadi, Humas Monolog 'Pertempuran Bendera' (kanan), dan Ninda, Koordinator Orasi 3 Menitan (kiri) saat jumpa pers di Hotel Majapahit Surabaya.

Dokter Ananto Sidohutomo MARS (tengah) didampingi Irie Suhadi, Humas Monolog ‘Pertempuran Bendera’ (kanan), dan Ninda, Koordinator Orasi 3 Menitan (kiri) saat jumpa pers di Hotel Majapahit Surabaya.
iniSURABAYA – Setelah menggelar enam kali monolog ‘Pertempuran Bendera’, dr Ananto Sidohutomo MARS selaku pemrakarsa menyatakan bakal mengakhiri pementasan seni budaya di puncak Hotel Majapahit Surabaya itu.
Alasannya, arek Suroboyo dan Pemkot Surabaya dinilai sudah memenuhi lima keinginan komunitas Tunjungan Ikon Surabaya (TIS). “Untuk semua itu, kami menyampaikan terima kasih. Karena yang diminta oleh Ananto dan kawan-kawan sudah dipenuhi oleh pemerintah dan warga kota Surabaya,” kata Ananto kepada iniSurabaya.com, Selasa (18/9/2018).
https://inisurabaya.com/bangkitkan-semangat-patriotisme-lewat-monolog-pertempuran-bendera/
Ketika ditemui di tengah persiapan monolog ‘Pertempuran Bendera’ di Hotel Majapahit, pria kelahiran 28 November 1963 ini ini enggan menjawab ketika ditanya apakah dirinya puas atau tidak atas hasil yang sudah dilakukan Pemkot Surabaya terkait lima tuntutan tersebut.
“Tugas kami adalah memiliki niatan yang baik,” begitu tegas penggagas hadirnya Museum Kanker Indonesia ini.
Ditekankan Ananto, tugas berikutnya adalah ikhtiar. “Sedang soal hasil itu urusan Allah SWT. Jadi tidak boleh puas atau tidak puas. Kami harus menghargai peran pemerintah dan arek-arek Suroboyo untuk bersama-sama mengawal ke depan,” tandasnya.
Menurut Ananto, selama ini dia dan kawan-kawannya di TIS sangat getol menggelar pementasan monolog ‘Pertempuran Bendera’. Sebab, pertempuran berdarah yang terjadi pada 19 September 1945 ini dianggap Ananto sangat luar biasa.
https://inisurabaya.com/lima-tuntutan-terpenuhi-ananto-ini-monolog-pamitan/
Karena waktu itu di Indonesia masih belum ada pemerintahan yang baik untuk dilaksanakan. “Belum lahir tentara, belum ada polisi. Tetapi sudah ada arek-arek Suroboyo. Ini yang membuktikan bahwa yang memiliki negeri dan memiliki republik ini adalah rakyat Indonesia.
Ayo bangkitkan semangat patriotisme melalui pertempuran 19 September 1945,” katanya.
Seperti pentas monolog sebelumnya, monolog ‘Pertempuran 19 September 1945’ ini juga diwarnai atraksi yang antara lain disajikan oleh Moesisi Djalanan Tjap Toendjoengan, Alim’s Kustik, dan Harmony Band. dit