
iniSURABAYA – Rancangan busana pengantin yang sederhana tetapi tetap mengesankan kemegahan itulah kreasi khas Jeany Hanna Rumoei. Busana pengantin karya desainer asal Surabaya ini juga sangat minim aksesoris.
“Karena tujuannya adaah menonjolkan sosok pengantinnya agar tidak seperi lampu berjalan. Calon pengantin harus meyakinkan pada diri sendiri ‘yang married saya, bukan gaun pengantinnya’,” tegas Jeany.
Saat ditemui di Hotel Sheraton
Surabaya beberapa waktu lalu, Jeany menandaskan, karena prinsip itu pula,
baju-baju pengantin kreasinya cenderung simple tetapi sangat detil.
“Untuk warna busana, saya suka faded, yaitu warna yang kusam cenderung rustic. Tidak terlalu menonjol tetapi tetap glamour,” begitu ungkapnya.
Meski begitu, Jeany juga memasukkan unsur
warna lain yang sedang ‘in’, seperti peach, emerald green, biru navy, dan lillac
atau pink. “Untuk pesta pemberkatan biasanya pilih warna light champagne,
white cristal, dan putih tulang paling in,” bebernya.
Untuk bahan, Jeany memilih kain sutra organdi
karena lebih halus dan dingin, sehingga cocok untuk acara outdoor sekalipun. Pada
busana cutting mermaid, pemilik label Jeany Rumoei Couture ini menambahkan gaun
pengantin rancangannya dengan cape khusus.
Untuk cape ini dia memadukan tiga budaya sekaligus, yaitu Jepang, China, dan Eropa di era Romantism. Di bagian lehernya misalnya berbentuk seperti origami yang bisa ditampilkan atau disembunyikan.
Sementara di bagian lengan ada detil volume dan kembali membentuk atau fit in the body di bagian tangan.
“Gaun pengantin ini ada sense origami dan sense China. Bukan geometric tapi lebih ke volume.
Ada volume di tempat-tempat yang tidak terduga. Intinya adalah ada arti di setiap goresan jahitan,” tegasnya.
Menurut Jeany, busana pengantin kreasinya pas untuk tema-tema intimate wedding yang sekarang sedang jadi tren. “Mereka lebih senang mengadakan pesta pernikahan dengan tema intim ke Bali dan wedding tamasya,” imbuhnya. dit