
Bebe Teo, Managing Director Johnson & Johnson Vision Care Asia Pacific didampingi oleh Sawan Malik, President Director of PT Johnson & Johnson Indonesia dan Rudhy Buntaram, Director Optik Seis saat prosesi peluncuran ACUVUE® OASYS with Transitions™, lensa kontak pertama di dunia yang dapat beradaptasi terhadap cahaya di Jakarta. (17/12).

iniSURABAYA.com | JAKARTA – Di akhir 2019, PT Johnson & Johnson Indonesia merilis teknologi terkini di bidang lensa kontak. Produk hasil kerja sama dengan antara Johnson & Johnson Vision Care, Inc. dan Transitions Optical Limited itu dirilis di Ciputra Artpreneur Jakarta, Selasa (17/12/2019).
ACUVUE® OASYS with Transitions™ di Indonesia ini merupakan lensa kontak photocromic pertama di dunia yang dapat beradaptasi pada cahaya.
ACUVUE® OASYS with Transitions™ yang dinobatkan oleh Majalah TIME sebagai salah satu Best Inventions di tahun 2018 ini diklaim sebagai inovasi untuk menjawab kebutuhan masyarakat Indonesia atas sebuah produk yang dapat melindungi mata dari paparan cahaya menyilaukan dan menghasilkan kinerja penglihatan yang optimal.
Berdasarkan data survei Johnson & Johnson Indonesia di tahun 2019, 97 persen masyarakat Indonesia merasa terganggu dengan cahaya berlebihan dan menyilaukan dalam aktivitas sehari-hari seperti saat dalam perjalanan, berolahraga di luar ruangan, serta kegiatan di tempat terbuka lainnya.

Hal ini juga tidak lepas dari kondisi geografis Indonesia sebagai negara tropis dengan intensitas sinar matahari yang tinggi. Aktivitas dalam ruangan seperti menonton televisi dan penggunaan gawai secara aktif juga dapat berdampak pada paparan cahaya biru yang berlebihan.
Selain itu, juga jumlah pengguna internet aktif di Indonesia mencapai 150 juta orang atau yang mewakili lebih dari setengah populasi penduduk di negeri ini.
Sekitar 80 persen dari responden survei perusahaan mengatakan bahwa mereka sering menyipitkan mata, dan 73 persen bahkan merasa terganggu atau kehilangan fokus akibat cahaya yang menyilaukan tersebut.
Menurut Mia Al Maidah, Brand Manager ACUVUE®, paparan sinar UVA, UVB dan sinar biru yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan pada mata.
Paparan sinar radiasi UVA dan UVB yang berlebihan juga dikaitkan dengan sejumlah masalah mata, misalnya seperti pinguecula, pterygium atau pertumbuhan pada lapisan luar (bagian putih mata), dan corneal sunburn (photokeratitis).

Paparan sinar biru yang berlebihan juga dapat menyebabkan mata lelah, digital eye strain (ketegangan mata akibat teknologi digital), dan computer vision syndrome (CVS).
Namun, kesadaran masyarakat akan risiko bahaya sinar UVA, UVB, dan sinar biru masih sangat rendah. “Informasi yang disampaikan terkait hal ini juga relatif masih sedikit,” tegas Mia Al Maidah.
Inilah yang membuat sebagian besar masyarakat Indonesia kurang memahami pentingnya penggunaan alat pendukung penglihatan yang adaptif terhadap cahaya. Padahal ini sangat mempengaruhi kenyamanan dalam melakukan kegiatan sehari-hari. wid